Translate

Jumat, 08 Mei 2015

Songket Minangkabau dalam Balutan Busana Modern


Songket Minangkabau memiliki keunikan tersendiri yang tidak terdapat pada songket dari daerah lainnya. Salah satu keunikannya terdapat pada pola tenunannya yang lebih rumit dan memerlukan ketelitian tinggi dalam pengerjaannya. Motif songket Minangkabau bukan sekadar sebagai penghias atau ornamen pelengkap tapi juga merepresentasikan makna tentang kebudayaan di Minangkabau.

Keindahan songket Minangkabau itu pun diangkat tujuh desainer Indonesia dalam fashion show bertajuk 'The Beautiful Minangkabau Songket'. Peragaan yang digelar sebagai bagian dari Minangkabau Festival 2015 ini menjadi parade busana pertama dari rangkaian acara yang akan berlangsung hingga Sabtu (2/5/2015). Koleksi busana dari Jenny Tjahyawati menjadi pembuka parade busana yang diadakan di gedung Gubernuran, Padang, Sumatera Barat, Kamis (30/4/2015).



Jenny menampilkan padu padan baju kurung dan kain songket dengan proporsi yang apik. Busana atasan dibiarkan polos dan berpotongan longgar yang sederhana, memberikan 'porsi' yang cukup agar kain songket Minangkabau lebih menonjol. Songket yang dikerjakan dengan ketelitian serta proses yang rumit, tidak mau ia rombak secara besar-besaran. Anggota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia ini menjadikan songket sebagai kain, selendang maupun bolero sebagai pendamping gamis, tunik maupun baju kurung. Untuk menambah kesan glamour, desainer busana muslim ini hanya mengaplikasikan detail kristal berbentuk paisley pada bagian tengah busana.

Peragaan dilanjutkan dengan lima set busana karya desainer asal Sumatera Barat, Mira Muraza. Mira pun ingin menonjolkan keindahan songket lewat perpaduan busana minim detail yang tidak berlebihan. Blouse berpotongan A-line menggambarkan sisi modern seorang wanita, sementara kain songket sebagai bawahan dan selendang tetap menampilkan sisi tradisional yang anggun dan etnik. Tak hanya blouse, Mira juga menawarkan inspirasi kebaya panjang modern untuk menghadiri acara formal.

Sementara itu Novia Hertini, mengangkat songket Sijunjung yang dipermanis dengan detail manik-manik dan bebatuan. Koleksinya didominasi kombinasi warna emas dan merah marun, dalam balutan busana terusan model gamis serta gaun. Perpaduan merah dan emas menghasilkan aura mewah sekaligus anggun tanpa harus menambahkan perhiasan serta aksen yang berlebihan. Novia juga menghadirkan padu padan gamis serta bolero untuk penampilan yang lebih modern dan dinamis. 




Koleksi cukup menarik datang dari rancangan En Shirikie, yang menempatkan aplikasi bordir di atas tenun berbahan taffeta. Motif-motif bunga tampak berjejer apik menghiasi material polos berwarna biru kobalt. Selain songket, Sumatera Barat memang dikenal dengan kerajinan sulam dan bordirnya yang indah. Lewat Minangkabau Festival ini, diharapkan masyarakat jadi lebih mengenal kekayaan produk-produk kreatif tanah Minang.

"Sumatera Barat punya banyak variasi songket, ada Songket Solok, Songket Padang Panjang, dan masih banyak lagi. Acara ini menantang desainer di Sumatera Barat untuk mengembangkan keindahan songket Sumatera Barat," ujar Ketua Penyelenggara Minangkabau Festival Buyung Raizal Rais.

Kembali ke fashion show, peragaan busana hari pertama Minangkabau Festival ditutup oleh koleksi rancangan Boyonz Ilyas. Boyonz memadukan budaya Eropa dan songket Minangkabau, menghasilkan karya bergaya kontemporer. Blazer motif bunga ia padukan dengan kain motif batik Minangkabau. Ada pula blouse dengan kerah ala cheongsam, namun memiliki potongan baju kurung. Boyonz juga memadukan material tenun sebagai atasan dan rok berbahan lace untuk bawahannya.

(detik)
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953