Translate

Rabu, 01 Juli 2015

Ini Dia Batik Tulis Berharga Ratusan Juta Rupiah




Lebih dari 350 pengusaha, perajin, dan kolektor berkumpul pada gelaran Gelar Batik Nusantara (GBN) 2015. Pameran yang dihelat di Jakarta Convention Center pada 24-28 Juni 2015 menyuguhkan kekayaan batik seantero tanah air. 


Bertemakan 'Batik, Pemersatu Bangsa', hingga hari terakhir pelaksanaan pengunjung terus mengalir pada pameran ini.



Salah satu peserta pameran, Enchanted Batik milik Erie P Soeprapto, unjuk koleksi batik tulis Jawa kunonya. Koleksinya batiknya rata-rata dari era 1890-1920an. Butik batik antiknya memajang beberapa batik asal Lasem dan Pekalongan. 



Seorang staf menunjukkan selembar kain batik berwarna merah muda bercorak kera. "Batik ini dari sentra batik lawas di Lasem, Jawa Timur. Dibuat sekitar tahun 1900-an. Batik berbahan katun ini harganya Rp 45 juta," jelasnya di sela-sela pameran GBN, Minggu (28/6/2015). 



Kain batik antik Jawa banyak diminati dari Lasem, Yogyakarta, Pekalongan dan daerah pesisir Pantura. Erie mengaku telah mengoleksi 1000-an batik tulis lawas. Berawal dari kegemarannya mengoleksi batik, kini kegemarannya telah berubah menjadi bisnis menjanjikan dengan pangsa pasar khusus kolektor batik. 



"Batik di Indonesia sudah ada sejak abad 17. Kerjaan orang jawa itu dulu mbatik. Coraknya sangat beragam mulai dari flora, fauna sampai kisah peperangan," paparnya. 



Ia mencontohkan sebuah koleksi unik dari Enchanted Batik bermotif cerita dari komik era 1980-an berjudul Flash Gordon. 



"Apapun bisa jadi ide motif batik, termasuk komik lawas Flash Gordon. Jaman dulu, batik juga jadi media melukiskan peperangan nyata yang terjadi pada masa itu," jelasnya. 


Corak batik pun bisa terpengaruh dari saudagar pemilik usaha batik. Kalau saudagarnya dari China, maka motifnya bisa jadi bunga atau wanita China. Kalau dari Eropa, bisa bermotif binatang, potret alam, atau gadis Eropa.



Erie menjelaskan, para peminat koleksinya merupakan sesama kolektor baik lokal maupun asing seperti Jerman dan Amerika Serikat. Ia mengumpulkan kain-kain antik ini dari dari pedagang di daerah-daerah seperti Pekalongan, Lasem, Cirebon, Indramayu, Tegal, Jogja, Solo, dan Banyumas.



Kemahalan batik tulis, menurut Erie ditentukan dari beberapa faktor. Menurutnya, batik tulis lawas makin mahal karena usia, keunikan motif, kelangkaan, dan halusnya garapan. Harganya berkisar Rp 10-50 juta. 



Erie berkisah, batik pada masa lalu turut menjadi penanda status sosial. Ada beberapa motif yang bahkan tidak boleh dipakai oleh sembarang orang.



"Ada motif tertentu misalnya batik keraton yang tidak boleh dikenakan selain keluarga keraton Solo atau Yogyakarta. Sedangkan di pesisir, seseorang yang mengenakan batik makin halus dan bagus berharga mahal menandakan orang kaya," terangnya.

(detik)
link by Aman Lase Collections
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953