Translate

Rabu, 15 Juli 2015

Para Desainer Hong Kong Akan Mengolah Batik untuk Program 'In Style Hong Kong'

batik tulis Lasem by Aman lase Collections



Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) akan mengadakan program kampanye berskala besar untuk memperkenalkan produk-produk gaya hidup Hong Kong di Indonesia, yang dinamakan 'In Style Hong Kong'. Salah satu agenda menarik dari rangkaian acara yang akan berlangsung di Jakarta Convention Center, 14-20 September 2015 ini adalah parade busana dari 7 desainer berbakat Hong Kong yang mengolah kain batik yang dinamakan Batik Crossover atau batik lintas budaya.


Jessica Lau dan Walter Kong, Aries Sin, Cecilia Yau, Lulu Cheung, Harrison Wong dan Walter Ma ditantang untuk menciptakan busana sesuai gaya khas rancangan mereka, namun dituangkan lewat kreasi kain batik. Bagaimana pendapat mereka tentang kain tradisional kebanggaan Indonesia tersebut?



Duo desainer Jessica Lau dan Walter Kong mengatakan bahwa batik memiliki motif yang sangat unik dan enerjik. Batik juga memiliki elemen budaya yang sangat kuat. Mereka pun merasa tertantang untuk mengolah batik menjadi 2 set busana yang akan ditampilkan saat Gala Dinner In Style Hong Kong, pada 17 September mendatang.



"Ini sangat berbeda dari apa yang biasa kami buat. Bahannya ringan sementara kami biasanya menggunakan bahan yang agak 'berat'," tutur Jessica, saat ditemui di Hong Kong Convention and Exhibition Centre, Wan Chai, Hong Kong, Senin (6/7/2016).



Senada dengan Jessica dan Walter, desainer muda lainnya Aries Sin juga mengatakan bahwa batik kaya warna dan motif. Karakter batik cukup berbeda dengan rancangan Aries yang lebih banyak didominasi palet gelap seperti hitam.



"Sangat sangat kaya warna. Saya sendiri masih mencoba memahami batik. Tapi nanti saya akan membuatnya jadi sangat kontemporer," ujar desainer yang baru saja menggelar show di Paris ini.



Sementara Lulu Cheung mengaku sebagai penyuka batik. Desainer Hong Kong kelahiran Bandung ini cukup lama mengenal batik karena sang ibu berkebangsaan Indonesia. Namun bagi wanita yang telah menjalani kariernya selama 25 tahun tersebut, ini merupakan kali pertama ia mengolah batik menjadi pakaian jadi.



"Desain batik sangat tradisional dan sesuatu yang tradisional itu selalu bagus. Menurut saya batik adalah sebuah karya seni. Warnanya tidak akan pudar walaupun usianya sudah lama," kata Lulu.



Desainer lainnya yang juga terlibat dalam show Batik Crossover adalah Harrison Wong. Perancang khusus busana pria ini mengatakan, batik memang memiliki motif yang sangat tradisional. Menurutnya akan cukup sulit untuk mengolah batik menjadi busana modern dan kontemporer yang menjadi gaya rancangannya dan ini merupakan tantangan bagi Harrison.



"Motif batik sepertinya sulit digunakan untuk berbagai gaya busana dan mungkin lebih cocok untuk gaya di Indonesia. Tapi itu tantangan saya bagaimana menciptakan pakaian bergaya kontemporer dengan batik," aku Harrison, yang memilih batik berwarna hitam dan putih untuk acara Batik Crossover, September mendatang, saat ditemui di tokonya di 35 Aberdeen Street, Central, Hong Kong, Selasa (7/7/2015).

wolipop
link by Aman Lase Collections
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953