pict: Aman Lase Colection |
Untuk memproteksi tenun dan songket hasil karya perajin tenun nusantara, Yayasan Cita Tenun Indonesia menerbitkan sebuah buku melalui penerbit Sriwijaya Pustaka Indonesia.
Buku tersebut berjudul Floating Threads: Indonesian Songket and Similar Weaving Traditions.
Okke Hatta Rajasa, Pendiri Yayasan Cita Tenun Indonesia mengatakan tujuan dari diterbitkannya buku tersebut adalah melindungi tenun.
"Melalui buku ini, kami ingin memperkenalkan kepada dunia bahwa tenun merupakan kekayaan masyarakat Indonesia. Sehingga semua orang di Indonesia dan terutama di dunia itu tahu, bahwa tenun dan songket merupakan milik masyarakat Indonesia," kata Okke ketika ditemui dalam pembukaan pekan museum tekstil 2015 di Museum Tekstil Jakarta, Petamburan Jakarta Pusat, Rabu (19/8/2015) siang. Pameran itu berlangsung Kamis (20/8/2015) sampai Senin (23/8/2015).
Menurut istri mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa ini, tenun nusantara merupakan budaya dan hasil kreativitas serta perjuangan ide dari para perajin tenun di seluruh nusantara. Ia menyebutkan, ada ciri khas tersendiri dari tenun nusantara dibandingkan dengan tenun milik negara-negara melayu seperti Malaysia.
"Tenun dan songket nusantara itu memiliki ciri khas, ciri khasnya tekniknya merupakan warisan budaya yang sudah ratusan tahun diwariskan secara turun temurun. Kemudian, semakin berkembangnya zaman, dimodernisasi dengan menambah hiasan di benang," katanya.
Ia menjelaskan, corak ragam tenun juga bermacam-macam yang terwakili oleh adat istiadat, dimana motif disesuaikan misalnya untuk bayi yang baru lahir berbeda dengan motif untuk anak sunatan.
"Bahkan kalau di Indonesia untuk tenun ciri melayu berbeda dengan melayu selain Indonesia. Misalnya untuk Palembang dan Sumatera, ciri khasnya banyak menggunakan benang emas dan silver. Ini berkaitan dengan kepercayaan yang dianut mayoritas Islam, sehingga para perajin ini hendak mengekspresikan kecintaannya kepada yang Maha Kuasa menggunakan warna-warna terbaik tersebut," kata Okke.
Sayangnya, tenun belum dipatenkan oleh badan kebudayaan dunia seperti halnya batik yang sudah tercatat sebagai kebudayaan Indonesia melalui UNESCO. Meski begitu, menurut Okke, banyak desainer dunia yang terinspirasi dari tenun asli Indonesia.
"Mereka bilang bahwa tenun itu dari Indonesia, tidak cukup di situ, masyarakat dunia harus mengakuinya. Sebagaimana teknik membatik dikukuhkan sebagai warisan dunia asal Indonesia," jelasnya.
Untuk itu, dalam buku tersebut, diperkenalkan berbagai ragam tenun dan songket asal Indonesia. Selain itu juga diperkenalkan pula teknik-teknik pembuatannya.
wartakota-tribun
link by Aman Lase Collection