Translate

Minggu, 27 September 2015

Peneliti: Tenun Ulos Batak Punah Dalam Waktu yang Tidak Akan Lama Lagi Jika Tidak Segera Diantisipasi







Ahli Sejarah Tekstil asal Kanada-Belanda Sandra Niessen mengatakan Indonesia membutuhkan strategi yang tepat untuk melestarikan budaya tenun sebagai kekayaan bangsa. "Kita butuh strategi tepat, karena jika tidak, akan jadi kerugian yang sangat disayangkan jika budaya tenun hilang," kata Sandra saat dihubungi Antara dari Bandung.



Sandra yang meneliti kain Ulos mengatakan kepunahan dari budaya tenun khas etnis Batak tersebut, tinggal menunggu waktu yang tidak akan lama lagi jika tidak segera dilakukan antisipasi. "Pemerintah memang ada perhatian, namun dengan tidak adanya kegiatan dan strategi untuk mengamankan aset kebudayaan dunia ini juga akan percuma," ujar dia.



Lebih lanjut Sandra mengatakan kurangnya informasi mengenai kebudayaan tenun, terutama Ulos jadi masalah karena seiring berjalannya waktu, yang menggeluti profesi sebagai penenun semakin jarang dan generasi penerus juga tidak ada.


"Solusi masalah tersebut, saya yakin tenun Ulos bisa jadi jurusan seni untuk mengisi kekosongan informasi. Saya rasa ini ada baiknya masuk kurikulum di universitas supaya orang berbakat dan berminat pada seni bisa coba pakai teknik penenunan dan fokus terhadapnya," kata dia.


Hal ini bisa dilakukan berswal dari niat semua pihak untuk memfasilitasi, jelas Sandra, sehingga anak yang memiliki perasaan seni memiliki jalannya. Karena selama ini tidak ada sumber informasi seperti museum atau catatan.


"Buku saya memang sumber informasi, tapi itu belum diterjemahkan ke Bahasa Indonesia sehingga tidak bisa dibaca oleh kebanyakan orang Indonesia," tuturnya.


Selain itu, Sandra mengutarakan ketiadaan pasar juga menjadi masalah tersendiri sehingga lambat laun profesi sebagai penenun ditinggalkan karena dianggap tidak bisa menghidupi ekonomi keluarga.


"Sebenarnya penenun masih setuju untuk menenun akan tetapi karena ketiadaan pasar, lambat laun mereka hilang. Jika keluarga bisa hidup dari tenunan ulos mereka pasti mau nenun, tapi kalo pendapatan mereka lebih sedikit dari ongkos benang mereka pasti tidak sanggup," ujarnya.


Karena semakin sedikitnya yang menggeluti profesi itu dan penerusnya juga hampir tidak ada akibatnya pengetahuan adat, kualitas kain dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga turut menyusut bahkan sampai hampir punah.

"Karenanya butuh strategi tepat untuk masalah ini, misalnya, dengan melibatkan orang adat untuk masuk dan mulai bergerak juga karena sepertinya sekarang semuanya boleh masuk," tuturnya.



Dia juga menekankan harus ada diskusi cukup luas dan berkelanjutan antara penenun, pasar, orang adat dan pemerintahan dengan harapan ada solusi dan strategi yang tepat.


"Saya rasa itu harus dicoba, tapi yang pertama harus dipertanyakan pada kita semua, apa ada keinginan untuk melestarikan atau tidak. Itu harus ada, jika tidak itu akan punah, karena kita tidak bisa hanya mengharapkan saja," katanya, menambahkan.



sumber : ciputranewsdotcom
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953