Translate

Senin, 28 Maret 2016

Teknik Batik Tulis Dipelajari Kalangan Intelektual Austria

Berbagai kalangan di Austria ramai-ramai mempelajari teknik dan proses membuat batik tulis (Foto: Dok KBRI Wina)


Sebanyak 43 orang dari kalangan akademisi, desainer pakaian, desainer tekstil dan fashion blogger Austria ramai-ramai serius mempelajari teknik dan proses batik tulis.

"Mereka mempelajari dan mempraktikkan teknik batik tulis dalam workshop bertempat di Institute for Art and Technology, University of Applied Arts of Vienna," ujar Wina Retnosari, staf Fungsi Pensosbud KBRI Wina, kepada detikcom, Minggu (27/32016).

Para peserta pada kesempatan tersebut mendapat teori mengenai teknik pembuatan batik tulis, perbedaan teknik batik tradisional dan modern, serta manfaat penggunaan tanaman bakau sebagai pewarna alami untuk pembuatan batik.

Sebelumnya, mereka juga mendapat materi sejarah dan filosofi batik oleh kurator Welt Museum of Vienna Dr. Jani Kuhnt Saptodewo, dilanjutkan praktik membatik tulis dipandu oleh Lulut Sri Yuliani, seorang pembuat batik yang didatangkan dari Surabaya.

Berbagai kalangan di Austria ramai-ramai mempelajari teknik dan proses membuat batik tulis (Foto: Dok KBRI Wina)


Kalangan intelektual Austria itu terlihat antusias mengerjakan proses batik tulis mulai dari membuat pola, penggunaan malam (damar, lilin cair), pewarnaan, pengeringan, dan fiksasi atau pencelupan secara bertahap. 

Wakil Rektor University of Applied Arts of Vienna jurusan Tekstil dan Teknologi Prof. Barbara Putz Plecko menunjukkan kekagumannya pada metode penggunaan bahan pewarna alamiah dari tanaman bakau yang diperlihatkan oleh Lulut Sri Yuliani. 

"Teknik pewarnaan alami yang digunakan sangat unik," cetus Prof. Plecko.

Menurut Prof. Plecko, industri tekstil di Austria saat ini menggunakan pewarna kimia dan oleh karenanya teknik pemanfaatan perwarna alami kurang berkembang.

Banyak peserta akademisi, salah satunya ahli sejarah tekstil dan fashion Dr. Silke Gepert dari Mozarteum University of Salzburg, yang menyatakan ingin bekerja sama dengan akademisi di Indonesia.

"Untuk penelitian di bidang tekstil dan fashion. Saya ingin mengetahui bagaimana agama mempengaruhi fashion di Indonesia," imbuh Dr. Gepert.

Sementara itu peserta dari kalangan fashion blogger Ingrid Zalneva terkesan dengan teknik membatik tulis, yang berkembang dalam budaya busana di Indonesia.

"Teknik membatik di kain ini juga mirip dengan teknik menghias telur keramik Paskah di Slovakia," komentar Zalneva.

Zalneva bahkan meminta canting (alat tulis untuk membatik, red) untuk dicoba diaplikasikan pada telur Paskah. Dalam workshop diperkenalkan canting tradisional dan canting elektronik. 

​Workshop membatik tulis ini diberi kata sambutan oleh Kepala Institute of Conservation, University of Applied Arts of Vienna Prof. Mag. Dr. Gabriela Krist, dan dibuka resmi oleh Wakil Kepala Perwakilan RI (Wakeppri) Febrian Ruddyard. 

Febrian menyampaikan bahwa sejak 2009 batik telah terdaftar sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia untuk kategori Tak Benda yang diakui oleh UNESCO.

"Workshop ini diselenggarakan dalam upaya mempromosikan  budaya Indonesia, nilai-nilai filosofis dan kehidupan masyarakat Indonesia," ujar Febrian.

Workshop hasil kerja sama KBRI/PTRI Wina dengan Kementerian Pariwisata RI itu juga untuk meningkatkan citra Indonesia sekaligus menarik minat publik di Austria untuk berwisata ke Indonesia.

"Dalam rangka mendukung pencapaian target nasional di bidang pariwisata," ujar Febrian.

(detik)


AMAN LASE Collection
Thamrin City Jakarta Lt 1 Blok A 11 No 2
www.amanlasecollection.blogspot.co.id 
(utk tampilan yg lgkap silahkan buka melalui Laptop atau kl dari HP pilih versi web)
RESPON CEPAT dan Pemesanan ke :
Telp/sms 0812 8889 4243
WA 0819 3258 6216, pin 2b13561f
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953