Translate

Minggu, 31 Juli 2016

Ini Dia Proses Pembuatan Batik (Batik Tulis) Cirebon

Membatik di atas bahan kain di Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. (Boy Kumar/Fotokita.net)


Proses pembuatan batik Cirebon (Batik Tulis = Diakui UNESCO) bisa memakan waktu satu setengah bulan. Terdapat sedikitnya 5 tahap untuk menyelesaikan sebuah kain batik. Tahap yang memakan waktu paling lama menurut Perajin Batik Cirebon, Gonisa ialah tahap esen-esen dan tembok. "Satu motif bisa satu setengah bulan, makanya harus sabar dan tekun," ujar Gonisa saat diwawancara pada acara Grand Opening Hotel Batiqa Cirebon, Rabu (9/9/2015).

Sambil memantau 2 karyawannya yang sedang membatik, Gonisa menjelaskan tahap-tahap membatik khas Desa Trusmi, Cirebon. Sedikitnya ada 5 tahap membuat batik, belum termasuk proses penjemuran hingga kering. Proses pertama diawali dengan 'lengreng'. Lengreng adalah tahap menggambar sketsa. Sketsa digambar pada kain putih menggunakan pensil atau alat tulis halus lain. Fungsinya hanya untuk membuat garis pandu dan menampilkan sekilas motif kain.

Setelah lengreng, dilanjutkan dengan proses 'esen-esen'. "Ini adalah salah satu proses yang memakan waktu lama dan butuh ketekunan," kata Gonisa. Garis-garis sketsa yang sudah digambar tadi dipertebal dan diberi detail tambahan dengan canting, alat untuk menggambar batik. Tinta canting disebut 'malam'. Untuk meracik 'malam' dibutuhkan gandar (getah pinus), baron dan busir (sejenis bahan untuk aspal), dan dadu (campuran baron dan busir). Semua bahan ini dicampur dengan minyak lentik atau minyak goreng. "Semakin rumit sketsanya, semakin lama proses esen-esen," sambung Gonisa.

Setelah itu dilakukan proses 'penembokan'. Proses ini masih menggunakan canting dan malam (lilin). Gambar-gambar yang sudah dipertebal, kemudian di-block. Ruang-ruang putih diwarnai dengan tinta malam (lilin) hingga padat. Ini dilakukan agar permukaan tersebut tidak menyerap air saat proses pewarnaan nanti. Semakin banyak warna yang ingin digunakan, semakin lama proses penembokan.

Setelah selesai ditembok, masuklah proses pewarnaan. Masyarakat Cirebon menyebutnya proses pengobatan. Kain yang sudah di-block tadi diletakkan di alat seperti timbangan atau ayunan bayi. Salah satu sisinya kemudian diisi cairan pewarna dan digoyang-goyang agar menyerap rata ke kain. Permukaan-permukaan kain yang sudah di-block tidak menyerap warna dan akan tetap putih.

Tahap terakhir ialah 'lorot', atau proses pelunturan. Tinta 'malam' yang sudah dilekatkan ke kain tadi dihilangkan menggunakan air panas. Kain yang di-block tadi akan tetap putih. Setelah dilorot, proses berikutnya bergantung pada penrajin. "Kalau mau pakai warna lebih dari satu, maka proses penembokan, pengobatan, dan pelorotan diulang lagi sesuai jumlah warna," terang Gonisa.

Hanya perbedaannya, pada pengulangan kedua ini, bagian kain yang sudah berwarnalah yang ditembok. Sementara permukaan kain yang putih dibiarkan, agar saat proses pewarnaan kelak permukaan putih ini menyerap warna. Setelah semua kain sudah berwarna, barulah kain dikeringkan. Proses pembuatan satu kain bisa mencapai satu setengah bulan. Sementara untuk belajar membatik sendiri bisa memakan waktu tiga bulan.

Tidak ada istilah salah dalam membatik. Seniman tidak bisa menghapus corak yang ia buat. "Kalau ada salah atau keluar garis ya kita cari bentuk baru," kata Gonisa.

Yang membedakan pembuatan batik Cirebon dengan batik lain ialah proses pewarnaannya. Pembatik Cirebon menggunakan teknik menggoyang untuk mewarnai, sementara di daerah lain proses mewarnai dengan cara direndam.

sumber : kompas 
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953