foto : Aman Lase Collection |
Tak sedikit yang mengeluhkan mahalnya harga tenun ikat khas Flores. Tapi tunggu dulu, karena selain butuh waktu cukup lama dalam pembuatan nya, bahannya juga langka. Pantas harganya mahal.
Tenun ikat khas Flores kebanyakan dijual mulai Rp 400.000 sampai jutaan rupiah. Proses pembuatannya memang tak main-main, butuh waktu yang cukup lama agar kain yang dihasilkan tahan lama.
Tenun ikat tak hanya menjadi suvenir, atau rutinitas sehari-hari para wanita Flores. Bagi mereka, tenun ikat merupakan identitas karena digunakan oleh semua orang.
"Tenun ikat sudah identik dengan warga Flores, siapa pun mengenakannya. Maka tak tanggung-tanggung, bahannya pun dipilih dan dibuat dengan seksama," tutur Herimanto, Staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende.
Minimal 2 bulan
Untuk membuat syal tenun ikat, butuh waktu minimal 2 bulan. Sementara untuk sarung, butuh waktu sampai 6 bulan.
"Motifnya beda-beda tergantung siapa yang memakai (perempuan atau laki-laki), juga daerah tempat tinggal," tambah Herimanto.
Dari mengurai benang sampai pewarnaan
Proses pembuatan tenun ikat dimulai dari mengurai benang. Kemudian, benang-benang tersebut diikat sesuai motif yang diinginkan. Itulah mengapa tenun khas Flores disebut tenun ikat.
"Setelah diikat, diberi tinta. Warnanya alami, dari buah mengkudu dan tarum," tutur Aurelia, salah satu mama yang sedang menenun.
Ditenun, lalu dijemur
Usai proses pewarnaan, benang tersebut kembali diurai kemudian ditenun. Masing-masing proses tersebut minimal menghabiskan waktu 1 minggu, bahkan ada yang sampai 3 bulan lamanya.
"Kami menenun tiap hari dari jam 8 pagi sampai 4 sore," tambah Aurelia.
Desa tenun ikat
Salah satu desa penghasil tenun ikat yang terkenal di Kabupaten Ende adalah Desa Wolotopo Timur. Desa ini berlokasi sekitar 1 jam perjalanan dari pusat Kabupaten Ende.
Selain melihat langsung aktivitas menenun, Desa Wolotopo Timur juga punya beberapa rumah adat yang masih ditinggali. Ada pula kuburan batu dan tempat melaksanakan upacara adat yang masih digunakan sampai sekarang.
sumber : detiktravel