Translate

Selasa, 13 September 2016

Batik Warna Alam, khas Tarakan

Kain batik karya Sonny yang didesain oleh Barli Asmara dan dipamerkan di acara Festival Kain Batik F. ©2016 Merdeka.com

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Sebagai negara kepulauan, tentunya beragam kebudayaan lahir dari individu-individunya yang kreatif. Salah satunya batik yang telah menjadi ikon Indonesia dan diakui oleh UNESCO-PBB.

Hampir di tiap sudut wilayah di Indonesia bisa menghasilkan kain batik. Salah satunya Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Batik khas kota paling utara di Kalimantan ini dikenal dengan batik Tarakan.

Adalah Sonny Lolong salah satu pengrajin batik Tarakan. Dari tangan kreatifnya, batik Tarakan dengan warna-warna alam pun terlahir. Pria berusia 53 tahun ini sangat tertarik untuk melestarikan batik Tarakan dengan menggunakan bahan dasar pewarna dari alam.

"Saya 100 persen menggunakan warna-warna alam untuk batik saya, karena kan kalau di Kalimantan itu masih banyak hutan dan pohon-pohonnya, jadi enggak susah. Saya juga menggunakan limbah pasar seperti kulit jengkol dan kulit rambutan sebagai bahan dasar warna batik Tarakan. Jadi sebelum itu benar-benar jadi sampah kita manfaatkan saja dulu," kata Sonny saat ditemui merdeka.com di Gandaria City, Minggu (21/8) malam.


Sekda Tarakan bersama Sonny pengrajin batik 2016 Merdeka.com

Ayah 6 anak ini mengaku tantangan terbesar dalam batik Tarakan warna alam yaitu proses pembuatan warna alam nya sendiri. Sebab dengan bahan-bahan dan tahapan yang sama, akan menghasilkan warna yang berbeda. Berbeda dengan pewarna sintesis yang hanya mencampurkan bahan-bahan yang sudah ada pasti akan menghasilkan warna yang sama.

"Jadi di hari yang beda, dengan bahan dan formula yang sama, tapi hasil bisa beda. Di situ tantangan terbesarnya bagi saya," ungkap Sonny.

Adapun motif kain batik tulis Sonny mengambil tema budaya lokal yakni suku tidung. Suku asli Tarakan yang biasanya terinspirasi dari kekayaan alam flora dan fauna Kalimantan. Mengingat, di Kalimantan Utara masih banyak kekayaan alam yang belum tersentuh.

Dalam memproduksi batik tulis tarakan, Sonny hanya dibantu oleh sang istri dan 2 orang tetangganya. Dalam 1 minggu, Sonny bisa menghasilkan 20 helai kain batik (batik tulis) Tarakan dengan ukuran 2 meter x 1,15 meter.

Hasil-hasil batik warna alam karya Sonny kemudian dipasarkan ke outlet oleh-oleh khas Tarakan. Harga yang ditawarkan untuk sehelai kain batik tulis ini mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 1,5 juta untuk jenis batik sutra tulis.

Selain itu, Sonny juga sering mengikuti pameran-pameran yang diadakan oleh Pemda atau Pemkot untuk memperkenalkan batik Tarakan karyanya.

"Saya sangat bersyukur ikut pameran karena dengan pameran kan minimal orang tahu kalau di Tarakan ada batik. Semakin sering ikut pameran semakin banyak orang lain tahu, kalau banyak yang tahu kan enak. Saya enggak muluk-muluk dikenal ke luar negeri, yang penting se-nusantara dulu tahu ada batik dari tarakan," terang Sonny.

Setiap mengikuti pameran, kakek 3 orang cucu ini mengaku hanya ingin memperkenalkan batik Tarakan, bukan untuk menjual produknya. Bila batik tulisnya laku terjual saat pameran itu merupakan bonus dari karyanya.

"Kalau masalah laku itu bonus buat saya. Saya laku tidak laku tetap happy. Karena tujuan pameran kan untuk memperkenalkan bukan untuk menjual. Nah kalau terjual itu bonus," ungkap Sonny.

Meski demikian, nyatanya batik Tarakan ini sudah laku hingga ke mancanegara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Sonny mengatakan para turis yang membeli karyanya pun sangat tertarik dengan warna-warna alam yang soft ketimbang dengan warna-warna sintesis.

"Kalau turis itu lebih menghargai batik-batik dengan warna alam karena memang warnanya yang soft," kata Sonny.

sumber : merdekadotcom
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953