Translate

Kamis, 20 Oktober 2016

Makna Mendalam Dibalik Songket Aceh

Koleksi Songket Aman Lase Collection


Aceh merupakan provinsi yang terletak paling barat Indonesia. Pulau besar ini dijuluki Swarnabhumi atau Swarnadwipa ini berarti Pulau Emas. Julukan ini diberikan karena masyarakat Sumatera yang senang mengenakan kain tenun yang gemerlap warna, corak, dan terpancar bagai kilauan emas.

Dibalik cantiknya tenun Aceh yang berkilauan tersebut, ternyata menyimpan makna filosofis yang sangat mendalam. Cerita ini berasal dari seorang masyarakat Aceh bernama Dahlia.

Dikutip dari Tenun.id, Sabtu 15 Oktober 2016, Dahlia memiliki peran sebagai penerima pesanan dari pelanggan Tenun Aceh dari berbagai daerah. Kemudian ia meneruskan pesanan tersebut kepada para perajin Tenun Aceh di kampungnya, Mukin Siem, Aceh Besar, Aceh.

"Tenun Aceh merupakan peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan. Tenun tua ini sudah berusia berabad-abad lamanya. Tidak hanya menjadi kerajinan tangan belaka, namun memiliki filosofi di setiap coraknya," kata Dahlia.

Adalah Nyak Mu, panggilan ibunya yang mewarisi keterampilan menenun kepada Dahlia. Nyak Mu merupakan seseorang yang melegenda dalam memperkenalkan kerajinan tenun songket Aceh ini ke seluruh pelosok nusantara.

Menurut wanita berusia 53 tahun tersebut, ibunya adalah sosok pemberani dan gigih dalam melestarikan tenun songket Aceh. Nyak Mu juga menerima keahlian menenunnya dari ibunya atau nenek Dahlia. Baca juga: Kisah Inspiratif Blogger Aceh di Sentra Kerajinan Songket Aceh Nyakmu

Begitu seterusnya secara turun-temurun. Dahlia merupakan generasi kelima perajin Tenun Aceh. Sebelumnya, masyarakat hanya memakai kain hitam untuk menutupi badan mereka.

Sementara itu menurut Laila Adul Jalil, seorang yang telah lama menjadi peneliti dari Balai Sejarah dan Kepurbakalaan Aceh, mengatakan perkembangan tenun Aceh berasal dari masyarakat yang mendalami daerah Aceh Besar, Selatan, Pidie, dan Aceh Barat.

Keempat wilayah tersebut merupakan sebuah bandar yang ramai dan sering menjadi tempat persinggahan para saudagar kaya dari mancanegara seperti Cina, India, Arab, Persia, Turki, dan Siam. "Tetapi Siem adalah wilayah pertama yang mengembangkan kerajinan tenun di Aceh," kata Laila.

Tenun Siem adalah tenun yang terkenal yang pertama kali digunakan pada waktu itu. Karena kain tersebut memiliki variasi warna, corak, serta motif hias yang eksotis dan atraktif.

Bahkan jumlah motif pada tenun ini bisa mencapai 50 motif dengan berbagai warna cerah. Apalagi tenun Siem menggunakan benang sutra sebagai bahan baku utama, serta benang perak dan emas untuk membentuk motifnya.

Motif tersebut ternyata bukan semata-mata hanya untuk mempercantik kain, melainkan memiliki makna filosofis yang mendalam, yaitu penggambaran keadaan akan lingkungan alam sekitar.

Di antara semua motif, Bungong adalah salah satu motif yang mempunyai makna petikan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang biasanya digunakan untuk penutup kepala dan selendang bagi perempuan. Selain itu, Bungong juga memiliki motif buah, bunga, awan, dan tali air yang geometris.

"Ada juga motif bunga delima, artinya juga sangat menarik yakni menggambarkan salah satu buah yang ada di surga," kata Laila. Masih banyak motif tenun Aceh yang beragam, seperti motif daun sirih, motif pucuk rebung, bahkan ada juga yang memiliki makna sebagai kehidupan duniawi.

sumber : http://wartaaceh.com
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953