Translate

Arti dan Filosofi Motif Batik

Batik adalah hasil karya bangsa yang merupakan perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia. Batik Indonesia dapat berkembang hingga pada suatu tingkatan yang tidak ada bandingannya baik dalam desain/motif maupun prosesnya. Corak ragam batik yang mengandung penuh makna dan filosofi akan terus digali dari berbagai adat istiadat maupun budaya yang terus berkembang di Indonesia. 

Motif Batik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 

Motif adalah corak atau pola yang dibentuk sedemikian rupa hingga menghasilkan suatu bentuk yang beraneka ragam. 

Motif Batik adalah corak atau pola yang menjadi kerangka gambar pada batik berupa perpaduan antara garis, bentuk dan isen menjadi satu kesatuan yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif-motif Batik itu antara lain adalah hewan, manusia, geometris dan motif lain. Motif Batik sering juga dipakai untuk menunjukkan status seseorang. 

Membatik merupakan tradisi turun temurun, karena itu sering motif batik menjadi ciri khas dan batik yang diproduksi keluarga tertentu (Wikipedia 2015).

Indonesia mempunyai beberapa motif yang terkait dengan budaya setempat. Beberapa faktor yang akan mempengaruhi lahirnya motif-motif batik antara lain adalah letak geografis, misalnya di daerah pesisir akan menghasilkan motif yang berhubungan dengan laut, begitu pula di wilayah pegunungan akan menghasilkan motif yang terinspirasi dari alam sekitarnya, sifat dan tata penghidupan daerah, kepercayaan dan adat di suatu daerah, serta keadaan alam sekitar termasuk flora dan fauna. 

Berikut ini kami tampilkan beberapa motif Batik :

Motif Udan Riris 


Mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun dilanda hujan dan panas. 

Contohnya :
Orang hidup berumah tangga, apalagi bagi pengantin baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan, ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segala halangan dan rintangan itu harus dihadapi dan diselesaikan bersama-sama. 
Suami atau Isteri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi masalah, maka pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan sebaliknya justru menambahi masalah. 
Misalkan, apabila Suami sedang mendapatkan godaan dari Wanita lain, maka sang Istri harus bijak mencari solusi, begitu pula sebaliknya, jangan menaruh rasa curiga berlebihan sebelum ditemukan bukti. 


Motif Parangkusuma


Mengandung makna hidup harus dilandasi oleh perjuangan untuk mencari keharuman lahir dan batin, ibaratnya keharuman bunga (kusuma). 

Contohnya :
Bagi orang Jawa, hidup di masyarakat yang paling utama dicari adalah keharuman pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin. 
Walaupun sulit untuk direalisasikan, namun umumnya orang Jawa berharap bisa menemukan hidup yang sempurna lahir dan batin. Apalagi di zaman yang serba terbuka sekarang ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat hidup seperti yang diharapkan karena banyak godaan. Di zaman materialistis ini, orang cenderung mencari nama harum dengan cara membeli dengan uang yang dimilikinya, bukan dari tingkah laku dan pribadi yang baik. 


Motif Parikesit


Mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan harus dilandasi dengan usaha keras dan gesit. Tentunya, usaha keras dan gesit itu tanpa harus meninggalkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Bukan sebaliknya, usaha keras dan gesit dengan cara kotor, pasti akan sangat dihindari. 
Sebab, dampak yang ditimbulkan akan sangat berat dan yang jelas akan menjadi bumerang bagi diri sendiri. 
Dengan usaha keras dan gesit itulah diharapkan bisa membangun keluarga inti yang sejahtera lahir dan batin. 


Motif Kawung


Mengandung makna bahwa keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Sudah hukum karma, bahwa orang yang bekerja keras pasti akan menuai hasil walaupun kadang harus memakan waktu yang lama. 

Contohnya :
Seorang Petani yang bekerja giat di Sawah, jika tidak ada hama dan menggangu, tentu dia akan memanen hasil padi yang berlipat di kemudian hari. 
Namun sayangnya, budaya kerja keras untuk menuai hasil yang maksimal tidak dilakukan oleh semua Orang. Apalagi di zaman sekarang ini, dimana inginnya serba instan, Orang ingin cepat kaya tanpa harus bekerja keras. Ingin cepat kaya dengan cara korupsi, merampok, menipu dan segala tindakan cela lainnya. 
Kebiasaan untuk bekerja keras untuk menuai hasil yang maksimal sudah sering diajarkan oleh nenek moyang kita Orang Jawa dulu. 
Kerja keras untuk menghasilkan rejeki berlipat akan lebih bermakna jika dibarengi dengan sikap hemat, teliti, cermat dan tidak boros. 


Motif Truntum


Mengandung makna tumbuh dan berkembang. 
Demikianlah orang Jawa selalu mendambakan bagi setiap keluarga baru supaya segera mempunyai keturunan yang akan dapat menggantikan generasi sebelumnya. 
Generasi baru itulah yang akan menjadi tumpuan setiap keluarga baru yang baru menikah untuk meneruskan segala harapan dan cita-cita sekaligus sebagai generasi penerus secara biologis yang mewarisi sifat-sifat keturunan dari sebuah keluarga baru. 
Harapan itu selalu muncul saat keluarga baru terbentuk. 
Ungkapan-ungkapan seperti segera mendapatkan keturunan yang soleh dan solehah, berguna bagi keluarga, masyarakat dan agama dan negara sering terdengar saat ada upacara pernikahan sebab memang dari keluarga baru itulah diharapkan akan berkembang keluarga-keluarga baru lainnya. 

Ada juga yang mengatakan, motif Truntum ini awal mulanya diciptakan oleh kerabat Kerajaan Surakarta yang sedang sedih hatinya karena merasa diabaikan oleh Raja. 
Ditengah kesendirian itulah ia melihat di langit malam tengah banyak bintang gemerlap menemani dirinya dalam kesepian. Inspirasi itulah yang ditangkap dan dituangkan dalam motif batik. 


Motif Sidaluhur


Mengandung makna keluhuran. 
Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi. 
Keluhuran materi artinya bisa mencukupi segala kebutuhan ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat maupun profesinya. 
Keluhuran materi yang diperoleh dengan cara yang benar, halal, sah tanpa melakukan kecurangan atau perbuatan tercela seperti korupsi, merampok, mencuri dan sebagainya. Sebab walaupun secara materi merasa cukup atau bahkan berlebihan, namun jika harta materi itu diperoleh secara tidak benar, tidak halal, itu tidak bisa dikatakan mencapai keluhuran secara materi. 
Keluhuran materi akan lebih bermakna lagi apabila harta yang dimiliki itu bermanfaat bagi orang lain dan bisa diberikan dalam berbagai bentuk seperti sumbangan, donasi, hibah dan sebagainya. 

Sementara keluhuran budi, ucapan dan tindakan adalah bentuk keluhuran non materi. 
Orang yang bisa dipercaya oleh orang lain atau perkataannya sangat bermanfaat kepada orang lain tentu itu akan lebih baik daripada perkataannya tidak bisa dipegang orang lain. 
Orang yang sudah dipercaya orang lain adalah suatu bentuk keluhuran non materi. 

Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran. 

Motif Megamendung


Pada bentuk Megamendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan secara teratur dari garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) menunjukkan gerak yang teratur harmonis. 
Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang ke luar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan sosial dan agama) dan pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali ke dalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah), sehingga bisa kita lihat bentuk Megamendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus ke luar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus. 

Terlepas dari filosofi bahwa Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga harus menyatu, dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung Megamendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan. 


Motif Parang Barong


Motif batik ini berasal dari kata "batu karang" dan "barong" (singa). 
Parang Barong merupakan parang yang paling besar dan agung, dan karena kesakralan filosofinya motif ini hanya boleh digunakan untuk Raja, terutama pada saat ritual keagamaan dan meditasi. 

Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta. 

Kata Barong berarti sesuatu yang besar, dan ini tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif Parang Rusak Barong ini merupakan induk dari semua motif Parang. 
Motif ini mempunyai makna agar seorang Raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri. 


Motif Sidamukti 


Mengandung makna kemakmuran. 
Demikianlah bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan dan tindakan, tentu agar hidup akhirnya dapat mencapai mukti atau makmur baik di dunia maupun di akhirat. 
Orang hidup di dunia adalah mencari kemakmuran dan ketentraman lahir dan batin. 
Untuk mencapai kemakmuran dan ketentraman itu niscaya akan tercapai bila tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan dan tindakan. 
Namun untuk mencapai itu semua tentu tidaklah mudah. Setiap orang harus mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa merugikan orang lain dan sebagainya, agar dirinya merasa makmur lahir batin. 
Kehidupan untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah satu dambaan masyarakat Jawa dan tentu juga secara universal. 
















Sumber : kemenperin.go.id
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953