Translate

Minggu, 28 Juni 2015

Kain Tenun Antik Berumur 200 Tahun Ini Harganya Tembus Rp 150 Juta




Kekayaan kain nusantara dari Sabang sampai Merauke tengah dipamerkan pada gelaran Gelar Batik Nusantara (GBN) di Jakarta Convention Center (JCC). Lebih dari 350 perajin, pengusaha, dan kolektor kain tradisional berkumpul memamerkan karyanya pada acara yang digelar pada 24-28 Juni 2015 ini. Aman Lase Collections pun turut serta pada pagelaran akbar ini bertempat di Stan 73.


Salah satu kolektor kain tenun asal Palembang, Rizal (46) memajang kain antik Kerajaan Palembang berusia 200 tahun. Rizal menunjuk salah satu kain songket tenun berwarna merah berbenang emas. 



"Ini kain dari Kerajaan Palembang. Usianya sudah lebih dari 200 tahun. Selembar kain ini harganya Rp 150 juta. Kainnya sutera alam dan benangnya penuh benang emas," paparnya di sela-sela acara GBN kepada detikFinance, Minggu (28/6/2015). 



"Jika dibandingkan dengan kain songket berbenang emas produksi baru, saat ini harganya hanya Rp 1,5 - 2 jutaan," terangnya. 



Rizal menjelaskan, nilai kain antik ditentukan dari umur, benang, jenis kain, serta sulitnya merawat dan mendapatkan kain. 



"Khusus kain berbenang emas, itu nilainya pun mengikuti nilai emas. Jadi semakin antik pun semakin mahal," tambahnya. 



Soal perawatan kain, menurut Rizal perlu ada perlakuan khusus. Kain antik disimpan khusus dalam kotak kayu cendana yang diberi rempah-rempah dan dalam waktu tertentu harus diangin-anginkan.

Pria asal Palembang ini mengaku telah menjadi kolektor dan berbisnis jual-beli kain antik selama 15 tahun. Koleksi lain berbenang emas yaitu kain tenun Jambi. 


"Kain ini juga berbenang emas, harganya Rp 75 juta. Bahannya dari serat kayu," ungkap Rizal. Sebuah kain lawas tapis Lampung pun ditunjukannya seharga Rp 20 juta. "Ini kalo di jual lagi di Jepang, bisa laku Rp 50 juta", tuturnya.



Selain kain antik nusantara, Rizal memamerkan kain batik tulis koleksinya dari luar negeri, yaitu dari Belanda. 



"Kain batik lukis bercorak gadis kerudung merah dan serigala ini dari Belanda dan sudah berumur 120-an tahun. Sudah ada yang nawar Rp 30 juta, tapi saya jualnya Rp 45 juta," paparnya. 



Peminat kain antik koleksinya mulai dari pejabat negara hingga kolektor barang antik lokal maupun mancanegara. 



"Banyak pelanggan dari Jepang, Belanda, Yunani, Amerika, dan negara lain. Mereka beli buat koleksi museum pribadi di sana. Ada juga yang memang sejarawan yang cari sejarah lewat kain," jelasnya.



Selama pameran di JCC, Rizal mengaku banyak kolektor yang tertarik membeli kain antik koleksinya. "Beberapa kain sudah laku, totalnya Rp 60 juta," ungkapnya. 



Selain membeli kain, pengunjung berdatangan ke stannya untuk menjual atau mendaur ulang kain lamanya. 



"Selain melayani jual-beli, saya juga terima cabutan atau daur ulang. Kain yang sudah lama biasanya sobek, namun masih bisa diambil benang-benang emasnya untuk ditenun ulang ke kain baru," jelasnya. Kolektor yang sudah bosan dengan kain lamanya bisa menjual atau mendaur ulang kainnya. 



Rizal memiliki beberapa pengrajin kain tenun di Ulu Laut, Palembang, khusus untuk mendaur ulang kain lama. Ia melayani jual-beli dan daur ulang kain di Toko Songket Palembang di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru.

(detik dan Aman Lase)
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953