Translate

Minggu, 19 Februari 2017

Tenun dan Songket Betawi Unjuk Gigi

Desainer kain tenun dan songket Betawi,  Anna Mariana (tengah) (Viva.co.id/Linda Hasibuan)

Tidak hanya Sumatera Barat, Palembang, dan Jawa Barat yang memiliki kebanggaan dengan tenunnya. Kini, giliran ibu kota negara yang unjuk gigi dengan tenun dan songket khas Betawi.


Kain yang dibuat dengan teknik menggabungkan benang secara memanjang dan melintang itu, telah menarik banyak perhatian pecinta kain nusantara. Tenun kebanggaan Tanah Air yang berasal dari Palembang, Jawa Barat, dan Kalimantan memang sudah tidak diragukan lagi kecantikannya.

Namun, dengan keragaman budaya yang dimiliki Tanah Air, DKI Jakarta juga punya keistimewaan dari segi sejarah dan budaya. Giliran Suku Betawi yang jadi perhatian pecinta kain Nusantara.

Mengandalkan motif khas betawi seperti ondel-ondel, kembang api, penari cokek, Monas dan bunga-bungaan, tenun dan songket betawi mulai menancapkan kukunya pada awal tahun ini.


Untuk proses pembuatannya tidak banyak berbeda dengan tenun dan songket lainnya, yaitu membutuhkan waktu sekitar 6 bulan sampai 1 tahun. Semakin baik kualitasnya, semakin sulit motifnya maka waktu yang dibutuhkan akan makin lama.

Terlebih  untuk  menghasilkan tenun kelas premium dengan menggunakan benang sutera, maka diperlukan ketrampilan, keuletan, ketekunan dan kesabaran khusus. Menenun dengan menggunakan benang sutra sangat rumit, oleh sebab itu pula  harga songket menjadi mahal  bahkan cenderung fantastis.

Anna Mariana yang berasal dari Komunitas Pecinta Kain Nusantara yang telah menggeluti bidang fesyen selama lebih dari 30 tahun menjadi pelopor dalam pengembangan tenun dan songket Betawi tersebut.

Anna menyebut tenun dan songket yang merupakan kekayaan budaya yang sudah turun temurun, tidak boleh dibiarkan terkubur dan punah.

“Tenun dan songket itu sangat dihargai di luar negeri,  karena dalam budaya mereka tidak ada kain handmade. Semua tekstil cenderung buatan mesin dan pabrik.  Nah, kalau di depan mata kita ada kekayaan budaya langka yang dipuja-puja orang luar negeri,  kenapa kita mengabaikannya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau berjuang melestraikannya,” katanya, Kamis (9/2/2017).

Kain-kain karyanya ditenun dari beragam jenis benang. Mulai dari benang emas, benang perak, benang katun, benang sutera dan benang kombinasi. Hingga saat ini, dia sudah mendesain lebih dari 3.000 motif, dan sebagian besar sudah dipatenkan.

Untuk mempromosikan tenun dan songket Betawi ke kancah dunia internasional, Anna akan memanfaatkan kesempatan saat berpameran ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, Spanyol, dan Jepang. 


0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953