Translate

Tampilkan postingan dengan label Berita tentang Songket. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita tentang Songket. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Februari 2017

Tenun dan Songket Betawi Unjuk Gigi

Desainer kain tenun dan songket Betawi,  Anna Mariana (tengah) (Viva.co.id/Linda Hasibuan)

Tidak hanya Sumatera Barat, Palembang, dan Jawa Barat yang memiliki kebanggaan dengan tenunnya. Kini, giliran ibu kota negara yang unjuk gigi dengan tenun dan songket khas Betawi.


Kain yang dibuat dengan teknik menggabungkan benang secara memanjang dan melintang itu, telah menarik banyak perhatian pecinta kain nusantara. Tenun kebanggaan Tanah Air yang berasal dari Palembang, Jawa Barat, dan Kalimantan memang sudah tidak diragukan lagi kecantikannya.

Namun, dengan keragaman budaya yang dimiliki Tanah Air, DKI Jakarta juga punya keistimewaan dari segi sejarah dan budaya. Giliran Suku Betawi yang jadi perhatian pecinta kain Nusantara.

Mengandalkan motif khas betawi seperti ondel-ondel, kembang api, penari cokek, Monas dan bunga-bungaan, tenun dan songket betawi mulai menancapkan kukunya pada awal tahun ini.


Untuk proses pembuatannya tidak banyak berbeda dengan tenun dan songket lainnya, yaitu membutuhkan waktu sekitar 6 bulan sampai 1 tahun. Semakin baik kualitasnya, semakin sulit motifnya maka waktu yang dibutuhkan akan makin lama.

Terlebih  untuk  menghasilkan tenun kelas premium dengan menggunakan benang sutera, maka diperlukan ketrampilan, keuletan, ketekunan dan kesabaran khusus. Menenun dengan menggunakan benang sutra sangat rumit, oleh sebab itu pula  harga songket menjadi mahal  bahkan cenderung fantastis.

Anna Mariana yang berasal dari Komunitas Pecinta Kain Nusantara yang telah menggeluti bidang fesyen selama lebih dari 30 tahun menjadi pelopor dalam pengembangan tenun dan songket Betawi tersebut.

Anna menyebut tenun dan songket yang merupakan kekayaan budaya yang sudah turun temurun, tidak boleh dibiarkan terkubur dan punah.

“Tenun dan songket itu sangat dihargai di luar negeri,  karena dalam budaya mereka tidak ada kain handmade. Semua tekstil cenderung buatan mesin dan pabrik.  Nah, kalau di depan mata kita ada kekayaan budaya langka yang dipuja-puja orang luar negeri,  kenapa kita mengabaikannya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau berjuang melestraikannya,” katanya, Kamis (9/2/2017).

Kain-kain karyanya ditenun dari beragam jenis benang. Mulai dari benang emas, benang perak, benang katun, benang sutera dan benang kombinasi. Hingga saat ini, dia sudah mendesain lebih dari 3.000 motif, dan sebagian besar sudah dipatenkan.

Untuk mempromosikan tenun dan songket Betawi ke kancah dunia internasional, Anna akan memanfaatkan kesempatan saat berpameran ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, Spanyol, dan Jepang. 


Kamis, 08 Desember 2016

Kisah Suami Istri yang Pantang Menyerah untuk Lestarikan Songket Sambas

Songket Sambas

Kerajinan tenun Songket Sambas sudah lama ditekuni oleh masyarakat Melayu di Sambas. Pada zaman dahulu kain songket tersebut hanya dipakai pada acara tertentu dan hanya dibuat terbatas untuk keperluan pribadi.

Keindahan, motif khas, proses dan keunikannya, menjadikan Songket Sambas kini dicari dan diminati oleh masyarakat tidak hanya di Sambas, tetapi beberapa daerah lain di Indonesia bahkan luar negri.

Proses penenunan dari benang menuju kain siap pakai memakan proses yang cukup lama karena harus memintal benang kemudian penenunan hingga akhirnya menjadi sebuah kain tenun yang indah.

Tidak sembarang orang memiliki kemampuan untuk menenun kain songket tersebut, diperlukan keahlian khusus untuk membuat sepotong kain tenun songket.

Tribunpontianak.co.id beruntung menemui sepasang suami istri yang hingga kini masih melestarikan kerajinan tenun Songket Sambas ini.
Adalah Muhammad Yani (48) dan Mulyati (43) sepasang suami istri ini yang hingga kini masih menenun dan menjual kerajinan tenun Songket Sambas, dengan nama Tenun Songket Melati.

Mulyati bersama Yani sudah mulai menenun sejak masih belia, keduanya juga merupakan anak dari pengrajin tenun Songket Sambas dari Dusun Nagur, Desa Jagur, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas.

Sudah sedari kecil mereka berdua akrab dengan proses dari tenun menenun hingga menghasilkan kerajinan Tenun Songket Sambas yang indah.

Yani menjelaskan bahwa dulu Ibunya yang juga pengrajin mempunyai tempat khusus produksi kain tenun seperti pabrik dengan beberapa karyawannya, namun kini sudah tidak lagi semenjak Ibunya telah tiada, kini dirinya bersama sang istri hanya membuat kerajinan tenun di rumahnya.

"Dulu ibu saya punya seperti pabrik produksi di rumah lama, yang sekarang ditempati abang saya, sekarang pabriknya tidak ada lagi, sekarang bikin di rumah saja," ujarnya saat dijumpai dikediamannya, Rabu (7/12/2016).


Kemeja Bahan Songket kombinasi Katun Tenun Polos Aman lase Collection

Bertempat di Rumah Sederhana dengan halaman yang cukup luas ini Yani bersama Istri menjual dan membuat tenun Songket Sambas, rumahnya terletak tepat di depan RSUD Sambas, Jl Pendidikan, Desa Tumok Manggis, Kecamatan Sambas.

Dirumah tersebut Yani memproduksi kerajinan tenun Songket Sambas, bersama istrinya. Tetapi pengrajin dari Tenun Songket tidak hanya mereka berdua, dirinya dibantu oleh beberapa pengrajin dari desa lain.

sumber: tribunnews

Jumat, 02 Desember 2016

Songket Riau dan Ombak Bono Memikat Pengunjung Bali ITT Expo 2016

Berbagai Kain Songket di Pameran Bali ITT Expo 2016.


Kain songket dan ombak bono menjadi perhatian para pengunjung Bali ITT Expo 2016 di Lippo Mall Kuta Bali.

Para pengunjung tampak ramai melihat dan meminta penjelasan kepada Tim Kreatif Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Riau tentang keunikan kain songket dan ombak bono.

Selepas berdialog, menurut anggota tim, sebagian pengunjung menyatakan keinginannya melihat langsung bagaimana proses pembuatan kain songket dan kehebatan ombak bono tersebut.

Kepala Disparekraf Riau melalui Kepala Bidang (Kabid) Ekonomi Kraetif R Dandun Wibawa mengakui jika sebagian besar pengunjung lebih tertarik dengan kain songket dan ombak bono.

"Kebanggaan kita dua produk pariwisata ini, nantinya akan dibuktikan, apabila pengunjung yang akan menjelajahinya datang langsung ke Bumi Lancang Kuning,” katanya dalam sebuah perbincangan dengan potretnews.com, Senin (21/11/2016) lalu.

Kepada siapa pun yang berkunjung ke tanah Melayu, Dandun meminta agar tidak perlu mengkhawatirkan lokasi wisata kain songket maupun ombak bono. Termasuk juga biaya, penginapan, dan hal lain, karena semuanya standar ekonomis yang bisa dijangkau oleh masyarakat kalangan menengah.

"Kita mengharapkan, kehadiran para pengunjung nantinya, selalu dimanjakan dengan pesona pariwisata yang bisa menumbuhkan gairah untuk senantiasa akan kembali lagi,” ujarnya.



Kamis, 03 November 2016

Songket Indonesia Mempercantik Pooja Sharma

Pooja Sharma Tampil Cantik dengan Songket Sumatera


Pooja Sharma, pemeran Drupadi dalam serial Mahabharata itu terlihat menghadiri pesta pernikahan sahabatnya. Pooja tampil cantik dan elegan dengan sari elok. Namun ada yang spesial dalam kain sari yang sedang dipakainya tersebut. Tak disangka, Pooja Sharma terlihat mengenakan motif songket dari Sumatera. Tenun songket yang cantik itu menghiasi tepi kain sari yang sedang dikenakannya.


Tampak dalam beberapa foto di kolase tersebut, Pooja mengenakan tanktop merah yang dipadu dengan kain sari putih bermotif. Bagian tepi kain sari tersebut dihiasi motif tenun songket berwarna merah. Baca juga: Songket Aceh Pernah Mendunia


Pooja Sharma semakin cantik memakai Songket Indonesia


Pada foto lainnya saat resepsi berlangsung, Pooja terlihat anggun dengan sari berwarna pink dipadu flat shoes berwarna gold. Malam itu adalah momen pesta pernikahan sahabatnya yang bernama Naihal Bagora dan Aniruddha Rajderkar.

Entah darimana Pooja mendapatkan sari songket tersebut. Bisa jadi seorang fans dari Sumatera memberinya, atau bisa jadi itu adalah oleh-oleh yang dibelinya dari Indonesia. 



sumber : kapanlagi.com


www.amanlase.com

(untuk tampilan web blog yang lengkap silahkan buka web blog melalui Laptop atau kalau dari HP pilih versi web)

Senin, 31 Oktober 2016

Ija Sungket, Songket Nyakmu, Brand Lokal Aceh, Pernah Mendunia !

Songket Aceh

Brand Lokal Aceh, Ija Sungket, Songket Nyakmu Pernah Mendunia !


Berbicara kebudayaan lokal tentunya tidak dapat terpisahkan dari industri kerajinan tradisional. Pembenahan aspek manajerial dan pemasaran tak boleh diabaikan apabila kerajinan tradisional kita ingin tetap berdaya saing dalam arus perdagangan global. Di samping itu, kebanggaan dalam mengangkat warisan budaya leluhur melalui sebuah produk karya seni budaya dengan nilai estetika yang tinggi patut untuk terus dilestarikan.

Seperti halnya usaha tenun Songket Aceh Nyakmu yang berdomisili di Desa Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. Songket Nyakmu merupakan brand lokal wastu citra atau kain tradisional nusantara — yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya menenun merupakan warisan leluhur masyarakat Aceh, seperti halnya budaya membatik pada masyarakat di Pulau Jawa. Baca juga: Ini Dia Sosok Asli Penenun di Uang Rp 5.000


Adalah Hj. Maryamun atau kemudian dipanggil Nyakmu yang berjasa mengembangkan usaha songket ini sejak tahun 1973. Nyakmu mewarisi selembar kain sutera dari ibunya mendiang Nyak Naim yang memuat tidak kurang dari 25 motif tradisional yang ditenun dengan indah sebagai patron bagi para pengrajin. Kain berwarna coklat tanah yang telah berusia lebih dari 200 tahun itu umumnya berisi motif-motif yang diadopsi dari bunga-bunga dan kaligrafi arab.

Tak hanya mewarisi motif tradisional, Nyakmu juga piawai mengembangkan banyak motif baru. Motif-motif tradisional di antaranya pucuk rebung, awan siung dan lidah suing atau burung beo, sedangkan motif-motif yang diciptakan oleh Nyakmu di antaranya Pinto Aceh dan Bungong Kertah. Pada masa tersebut, pewarnaan benang dilakukan menggunakan akar-akaran, kulit batang kayu, dedaunan dan lumpur sebagai bahan pewarna alami.

Kesuksesan Songket Nyakmu tidak lepas dari kerja keras dan kesungguhan para pengrajin di bawah binaan Nyakmu untuk meneruskan tradisi menenun yang merupakan warisan para leluhurnya. Menurut arkeolog asal Aceh Ibu Laila Abdul Jalil dalam sebuah wawancara langsung, terdapat bukti literatur yang menyebutkan bahwa tenun songket Aceh dari Desa Siem pada abad ke 16-17 M pernah diekspor hingga ke mancanegara. Kala itu hasil tenun songket Aceh dibawa oleh para pedagang dari Aceh Besar dan Pidie.

Kekayaan motif dan kualitas tenunan menjadi andalan Songket Nyakmu, seperti motif Pucok Aron, Bungong Rante Lhe, Timpeung, Mata Uro, Bungong Kala, Pucok Meuriya, Bungong Reudep dan beraneka ragam motif lainnya terinspirasi dari alam dan lingkungan pedesaan. Menurut Ibu Laila Abdul Jalil, hal ini dikarenakan mata pencaharian masyarakat Desa Siem yang hidup dari bertani.

Upaya Songket Nyakmu mengembangkan wastu citra daerah mendapat dukungan penuh dari Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Aceh (nama Provinsi Aceh ketika itu) yaitu Prof. Dr. H. Ibrahim Hasan, MBA. Pada periode 1980-an hingga 1990-an, karya-karya Songket Nyakmu dijual dan dipamerkan di Jakarta dan Bali, bahkan hingga ke mancanegara seperti Singapura, Malaysia dan Sri Langka. Pada tahun 1991 beliau dianugerahi penghargaan Upakarti yang diserahkan langsung oleh Presiden H. M. Soeharto.




Belum lama menikmati kesuksesannya, usaha Songket Nyakmu menghadapi berbagai kendala. Bermula konflik yang melanda sejak sekitar tahun 1999, kala itu tak jarang para pengrajin menghentikan kegiatan menenun untuk berlindung dari kontak tembak. Pada tanggal 26 Desember 2004, musibah gempa dan tsunami melanda yang mengakibatkan sebuah galeri karya songket Nyakmu yang disimpan di Banda Aceh rusak parah dan mengalami kerugian tidak sedikit. Baca juga: Songket Asli Palembang Bersaing dengan Songket Tenun Mesin

Tak ada hujan yang tak reda, semua pasti ada hikmahnya. Perdamaian di Aceh melalui penandatangan MoU Helsinski pada 15 Agustus 2005 dan proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami telah mengantarkan banyak perubahan di Aceh. Para wisatawan baik lokal maupun mancanegara kini telah menjadikan Provinsi Aceh sebagai destinasi pilihan untuk menghabiskan masa liburannya. Songket Nyakmu pun sering mendapat kunjungan para turis baik lokal maupun mancanegara.

Di samping usaha tenun Songket Nyakmu di Desa Siem, Aceh Besar, terdapat pula usaha tenun songket Aceh lainnya di Desa Miruek Taman, Aceh Besar yang dikelola oleh Ibu Jasmani. Ibu Jasmani adalah murid dari Nyakmu yang membina sejumlah ibu rumah tangga di desanya bekerja paruh waktu menenun songket. Pada masa jayanya, banyak murid-murid yang berguru pada Nyakmu dari berbagai daerah di Provinsi Aceh.

Kini, usaha tenun Songket Nyakmu terus berjuang meskipun dengan segala keterbatasan. Salah satunya adalah minat generasi muda untuk meneruskan tradisi menenun. Dengan jumlah pengrajin yang terbatas, Songket Nyakmu untuk sementara tidak dapat memenuhi kesemua permintaan yang datang. Meskipun demikian Songket Nyakmu senantiasa berkomitmen menjaga kualitas tenunannya dan berani berinovasi dengan beragam warna cerah yang digemari kalangan muda.

“Ija Sungket” atau kain tradisional tenun songket bukanlah sekedar warisan mahakarya kebudayaan para leluhur. “Ija sungket” merupakan perlambang sebuah kerja keras, cerdas dan ikhlas serta kesungguhan untuk mewujudkan impian. Tidak heran jika seorang penulis menuturkan ungkapan bahwa di balik sehelai kain tradisional, ada selembar kisah hidup dan sepotong cinta pembuatnya dalam hati Anda.

Sebuah pekerjaan rumah yang besar tentunya dalam mengembangkan kembali kekayaan budaya yang sempat menjadi mahakarya (masterpiece) di masa lampau ini. Belajar dari kebangkitan sejumlah kain tradisional nusantara, seperti tenun songket Lombok di Nusa Tenggara Barat, tenun songket Palembang di Sumatera Selatan dan terkini adalah tenun songket Pande Sikek di Sumatera Barat, tentunya dapat menjadi penyemangat untuk terus melestarikan kerajinan tenun songket Aceh. Baca juga: Pemkab Payakumbuh Promosikan Tenun Balai Panjang Saat TdS




Tak kenal maka tak sayang. Atas inisiatif bersama sejumlah teman dan juga ibu Laila Abdul Jalil, seorang arkeolog asal Aceh, lahirlah sebuah komunitas yang kami beri nama “I Love Songket Aceh.” Kehadiran komunitas ini diharapkan dapat menjadi sarana mengangkat dan memajukan kembali tenun songket Aceh sebagai kekayaan kain tradisional nusantara agar tak sebatas impian. Semoga.

sumber: acehprov.go.id


www.amanlase.com

(untuk tampilan web blog yang lengkap silahkan buka web blog melalui Laptop atau kalau dari HP pilih versi web).

Jumat, 21 Oktober 2016

Blog Terbaik Indonesia 2016

Blog Terbaik Indonesia 2016


Apa sih kriteria Blog Terbaik di Indonesia ?. 


Bila ada yang bertanya pada saya, Aman Lase, maka akan saya jawab :

"Blog Terbaik Indonesia adalah tentunya Blog yang populer di Indonesia. Blog yang memiliki tema tertentu yang dikelola oleh pemiliknya (Blogger) berdasarkan passion dan keahlian yang dimilikinya, yang tersirat jelas dari jasa dan atau produk yang ditawarkannya, terlebih bila yang ditawarkan adalah produk asli Indonesia atau produk budaya Indonesia. Dengan blog tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan dirinya sebagai aktualisasi dirinya dan dengan blog tersebut ia bisa dan atau mau berbagi atau bahkan bisa membuka lapangan kerja, sehingga bila disimpulkan adalah sebagai Entreupreuner/Profesional Blogger" 


Adalah amanlase.com yang pada awalnya bernama amanlasecollection dot blogspot dot co dot id (selama 2 tahun), kemudian kami ubah menjadi amanlase.com pada 7 Juli 2016 merupakan satu-satu nya web blog di Dunia yang menyajikan Info Lengkap, Update dan Berimbang tentang Batik, Tenun dan Songket (tidak hanya Batik, tidak hanya Tenun, tidak hanya Songket) dan MENJUAL Produk nya sejak tahun 2014saat ini amanlase.com bisa dikatakan sebagai salah satu Blog Terbaik Indonesia. Baca juga: Afiliasi Lokal Indonesia Terbaik 2016, Afiliasi Amanlase

Diusia blog yang baru 3 bulan, namun saat ini, saat tulisan ini dipublish pada 21 Oktober 2016, blog populer Indonesia ini sudah memiliki peringkat Alexa Global 621.713, Alexa ID 10.378. Rata-rata setiap harinya Pengunjung menyediakan waktunya untuk browsing dan searching di blog ini selama 28 menit dengan membaca 14 halaman atau posting.

Sebagai Blogger Terbaik Indonesia, Blogger Populer Indonesia, Blogger Fashion Populer Indonesia, Fans Page Facebook Aman Lase Collection (brand produk) memiliki 7.098 Likers dan akun Twitter @amanlasedotcom memiliki 16.106 Followers.


Blog ini juga direview oleh anwariz.com dengan judul artikel '17 Blog Terbaik Indonesia Versi anwariz.com'

Seperti saya jelaskan di atas, selain menyajikan berita, amanlase.com juga menjual Produk dengan brand Aman Lase Collection, dengan slogan brand 'INGAT Motif Indonesia, INGAT Aman Lase Collection. Aman Lase Collection ya amanlase.com !!', adalah Blog Fashion Populer Indonesia

Harga baju yang dijual di Aman Lase Collection  rata-rata di kisaran harga Rp 400-an Ribu yaitu Batik Tulis kombinasi Cap, Print Malam dan Colet, berbahan Katun jenis kualitas sangat baik yaitu katun Primis (primis Kupu dan primis Medari) dengan kualitas jahitan yang sangat rapi.

Ada juga beberapa yang berharga Rp 1jt untuk batik Full Tulis berbahan Katun, Rp 2jt untuk Batik Tulis berbahan Sutra ATBM, Viscos dan Dolby dan Rp 3jt untuk Kain Batik Full Tulis yang kaya warna dan bermotif rumit/detail. Baca juga: Cara Membedakan Antara Batik Tulis, Batik Cap dan Batik Print (Printing Motif Batik)

Sementara khusus untuk produk berharga di bawah Rp 200Rb kami menjual nya di Fans Page Motif-Motif Indonesia dengan alamat web blog http://www.motifmotifindonesia.com
*Silahkan juga kirim artikel Anda tentang Batik Tenun dan Songket Indonesia di SINI


Cara Pemesanan Produk 

Pertanyaan dan Pemesanan silahkan langsung hubungi :
1) CS 1 (Mr) :
SMS/WA 0819 3258 6216, PIN 2b13561f
2. CS 2 (Miss) :
SMS/WA 0812 2253 8803, PIN 51c73e0d
3). CS 3 (Miss) :
SMS/WA 0878 8585 6700, PIN 5ffccd20

(semua nomor di atas TIDAK MELAYANI TELPON, hanya melayani WA dan SMS)

Cara Pesan :
Kirimkan foto produk atau sebutkan kode produk, sebutkan ukuran yang dicari dan tanyakan stok ke salah satu nomor di atas.

HARGA belum termasuk ongkos kirim. 


Pengiriman dilakukan di hari yang sama setelah transfer kami terima (kami memakai notifikasi SMS Banking). Pengiriman produk via JNE ( cek tarif JNE klik di SINI ) pada jam 17.00 WIB setiap hari nya (kecuali Hari Libur). 
Transfer dana di atas jam 15.00 WIB ( jam 3 sore ) maka pengiriman produknya dilakukan pada keesokan hari nya (TIDAK PERLU MENUNGGU 3-7 HARI KERJA!!).

Klik di SINI untuk melihat beberapa Bukti/Resi Pengiriman produk

Rek Bank Mandiri: 121-00-0628793-6 a/n AMAN JAYA LASE
Rek BRI : 1255-01-002649-50-3 a/n AMAN JAYA LASE
Rek BNI : 0401-287828 a/n Aman Jaya Lase
Rekening BCA 2060-127908 a/n Aman Jaya Lase

Jam Kerja :
10.00 - 19.00 WIB (Hari Selasa LIBUR)

www.amanlase.com

(untuk tampilan web blog yang lengkap silahkan buka web blog melalui Laptop atau kalau dari HP pilih versi web)


Penulis : Aman Lase

Kamis, 20 Oktober 2016

Makna Mendalam Dibalik Songket Aceh

Koleksi Songket Aman Lase Collection


Aceh merupakan provinsi yang terletak paling barat Indonesia. Pulau besar ini dijuluki Swarnabhumi atau Swarnadwipa ini berarti Pulau Emas. Julukan ini diberikan karena masyarakat Sumatera yang senang mengenakan kain tenun yang gemerlap warna, corak, dan terpancar bagai kilauan emas.

Dibalik cantiknya tenun Aceh yang berkilauan tersebut, ternyata menyimpan makna filosofis yang sangat mendalam. Cerita ini berasal dari seorang masyarakat Aceh bernama Dahlia.

Dikutip dari Tenun.id, Sabtu 15 Oktober 2016, Dahlia memiliki peran sebagai penerima pesanan dari pelanggan Tenun Aceh dari berbagai daerah. Kemudian ia meneruskan pesanan tersebut kepada para perajin Tenun Aceh di kampungnya, Mukin Siem, Aceh Besar, Aceh.

"Tenun Aceh merupakan peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan. Tenun tua ini sudah berusia berabad-abad lamanya. Tidak hanya menjadi kerajinan tangan belaka, namun memiliki filosofi di setiap coraknya," kata Dahlia.

Adalah Nyak Mu, panggilan ibunya yang mewarisi keterampilan menenun kepada Dahlia. Nyak Mu merupakan seseorang yang melegenda dalam memperkenalkan kerajinan tenun songket Aceh ini ke seluruh pelosok nusantara.

Menurut wanita berusia 53 tahun tersebut, ibunya adalah sosok pemberani dan gigih dalam melestarikan tenun songket Aceh. Nyak Mu juga menerima keahlian menenunnya dari ibunya atau nenek Dahlia. Baca juga: Kisah Inspiratif Blogger Aceh di Sentra Kerajinan Songket Aceh Nyakmu

Begitu seterusnya secara turun-temurun. Dahlia merupakan generasi kelima perajin Tenun Aceh. Sebelumnya, masyarakat hanya memakai kain hitam untuk menutupi badan mereka.

Sementara itu menurut Laila Adul Jalil, seorang yang telah lama menjadi peneliti dari Balai Sejarah dan Kepurbakalaan Aceh, mengatakan perkembangan tenun Aceh berasal dari masyarakat yang mendalami daerah Aceh Besar, Selatan, Pidie, dan Aceh Barat.

Keempat wilayah tersebut merupakan sebuah bandar yang ramai dan sering menjadi tempat persinggahan para saudagar kaya dari mancanegara seperti Cina, India, Arab, Persia, Turki, dan Siam. "Tetapi Siem adalah wilayah pertama yang mengembangkan kerajinan tenun di Aceh," kata Laila.

Tenun Siem adalah tenun yang terkenal yang pertama kali digunakan pada waktu itu. Karena kain tersebut memiliki variasi warna, corak, serta motif hias yang eksotis dan atraktif.

Bahkan jumlah motif pada tenun ini bisa mencapai 50 motif dengan berbagai warna cerah. Apalagi tenun Siem menggunakan benang sutra sebagai bahan baku utama, serta benang perak dan emas untuk membentuk motifnya.

Motif tersebut ternyata bukan semata-mata hanya untuk mempercantik kain, melainkan memiliki makna filosofis yang mendalam, yaitu penggambaran keadaan akan lingkungan alam sekitar.

Di antara semua motif, Bungong adalah salah satu motif yang mempunyai makna petikan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang biasanya digunakan untuk penutup kepala dan selendang bagi perempuan. Selain itu, Bungong juga memiliki motif buah, bunga, awan, dan tali air yang geometris.

"Ada juga motif bunga delima, artinya juga sangat menarik yakni menggambarkan salah satu buah yang ada di surga," kata Laila. Masih banyak motif tenun Aceh yang beragam, seperti motif daun sirih, motif pucuk rebung, bahkan ada juga yang memiliki makna sebagai kehidupan duniawi.

sumber : http://wartaaceh.com

Selasa, 20 September 2016

Songket Asli Palembang Bersaing dengan Songket Tenun Mesin




Kehadiran Songket India mulai menarik perhatian konsumen untuk dikoleksi. Meski belum meningkat secara signifikan, tapi geliatnya mulai dirasakan sebagai pesaing produk lokal yakni Songket asli Palembang.

Harganya yang relatif murah dengan kualitas baik, menjadi faktor utama mengapa Songket India diburu pembeli. Bahkan mayoritas toko yang menjual Songket Palembang, kini sudah menjajakan Songket India tersebut, seperti di Komplek Ilir Barat Permai, Ramayana, Palembang.

“Jika dilihat sepintas, orang tidak bakal tahu kalau ini Songket India,” ungkap penjaga Toko AA ketika dibincangi Sripoku.com,, Jumat (24/7/2015). Menurut keterangan penjaga toko itu, songket India didapatkan langsung dari Jakarta.

Motifnya bunga-bunga dengan satu warna yang mendominasi seluruh kain. Bentuknya langsung selendang, atau berbahan kain saja. Para pedagang kurang memahami kenapa disebut songket India.
Tapi oleh beberapa penjaja di toko, jika diamati motif kain dijual itu mirip yang dikenakan oleh pemain film-film India di televisi.

“Perlahan banyak konsumen yang membeli songket pabrikan India,” ujar penjaga Toko AA lagi. Satu potong songket India berukuran 80 cm x 2 meter, dijual hanya sekitar Rp 200 ribu. Harga ini tentu jauh lebih murah bila dibandingkan kain Songket Palembang yang dibanderol paling murah Rp 1 juta.

Bagi penjual, songket India laris karena bisa dibeli oleh masyarakat ekonomi berkecukupan atau menengah ke bawah. Dengan harga yang lebih murah, mereka bisa tampil cantik dengan kain yang kualitasnya tidak kalah seperti asli. “Cocok dipakai pergi kondangan,” tambahnya.

Pedagang di Sentra Kerajinan Songket Asli Palembang, Kawasan 30 Ilir Tangga Buntung, Toko Hj Romla Fauzi mengakui, ada peralihan konsumen membeli songket India. Meski perubahan tersebut belum terlalu signifikan.

Menurut Adit, anak pemilik Toko Toko Hj Romla Fauzi, pihaknya tidak terlalu khawatir dengan hadirnya produk mirip Songket Palembang itu. Ia mengklaim Songket Palembang lebih unggul, dari sisi kualitas maupun harga.

“Songket India itu dibuat menggunakan mesin. Sedangkan Songket Palembang masih cara tradisonal. Namanya buatan tangan pasti lebih mahal dan berkualitas,” ungkapnya.
Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membuat Songket Palembang. Paling cepat satu bulan untuk satu songket saja.

Kondisi itu berbanding terbalik dengan songket India yang bisa menghasilkan banyak karena menggunakan tenaga mesin.

Adit tak tahu dari mana asal songket India itu berasal, makna motif dan kain yang digunakan. Apalagi mengetahui alasan kemunculan songket India yang mirip dengan Songket Palembang, sekedar kepentingan bisnis atau menyaingi budaya Palembang.

Ia hanya memprediksi songket-songket itu diproduksi langsung oleh negara asalnya dan diimpor. Atau, dibuat di Indonesia tapi menggunakan brand India.
“Sekarang kan momen pakaiannya Jodah, dengan unsur India yang lagi trend. Mungkin itu alasannya,” ujarnya Adit yang mempekerjakan 11 orang penenun.

Diakui Romla, Songket India sudah ada di pasar Palembang sejak 2012 silam. Namun gaungnya baru terasa di awal tahun 2015, sejak kemunculan tokoh dan film India di televisi.

Adit mengakui ketenaran Songket India mempengaruhi penjualan Songket Palembang, meski tidak secara signifikan.
“Ada penurunan 40 persen di tahun ini. Biasanya orang-orang banyak beli songket setelah lebaran untuk bingkisan, tapi tahun ini berkurang.

Tapi penurunan itu tidak semuanya disebabkan Songket India, walaupun ada tapi tidak begitu besar karena kami sudah ada pelanggan tetap,” ujarnya.

Adit membagi tips agar tak salah memilih, antara Songket Palembang asli dengan pabrikan India. Dimulai dari rajutan benang yang ada di kain tenun. Buatan tangan katanya,
“Susunan benang biasanya berantakan, sedangkan buatan pabrik akan terlihat lebih rapi. Perhatikan warna benang. Pada tenun yang asli, warna akan lebih berkilau dari yang tidak asli.” 

Songket India (Tenun Mesin)
- Benang tenunan tidak rapat
- Lebih rapi
- Benang lebih kasar

Songket Palembang (Tenun Tradisional)
- Susunan tenun lebih rapat
- Benang lebih halus jika disentuh
- Kurang rapih (karena buatan tangan, bukan buatan mesin, layak nya perbandingan batik tulis dengan batik printing)

sumber : sriwijayapost

Selasa, 23 Agustus 2016

Sering Jadi Tuan Rumah Event, Songket Palembang Makin Banyak Pembeli

foto : antara


Permintaan terhadap kain songket dan beragam souvenir khas kota Palembang mengalami peningkatan pada beberapa gerai di kawasan 30 Ilir sejak kota ini menjadi tuan rumah beragam agenda olahraga nasional dan internasional.
 
Manajer Mayang Koleksi, Nia, mengungkapkan peningkatan permintaan mulai terasa sejak Kota Palembang menjadi tuan rumah SEA Games ke-25 pada tahun 2011 lalu.
 
"Sejak SEA Games mulai terasa peningkatannya, setelah itu banyak acara nasional dan internasional berlangsung di Palembang," katanya, Selasa (16/8/2016).
 
Ia mencontohkan, saat pelaksanaan Kongres Ikatan Notaris Indonesia pada awal Maret 2016 lalu dihadiri sekitar 1.500 orang peserta, sejumlah pegawai dikerahkan untuk melayani pengunjung yang datang silih berganti tanpa henti dari pagi hingga malam hari di gerainya.
 
Produk yang ditawarkan, seperti kain songket, kain jumputan, kain batik Palembang, baju khas Palembang, dan suovenir (kopiah, gantungan kunci, kipas).
 
Setiap bulan, Mayang Koleksi rata-rata menjual sekitar 300 lembar kain songket, bahkan saat ada ajang nasional bisa menjual hingga 20 lembar per hari.
 
"Semua produk laris terjual, karena para pengunjung yang datang tidak hanya mencari songket. Ada beberapa malah ingin membeli baju koko khas Palembang."
 
Toko itu menawarkan beragam jenis kain khas Palembang dari harga tertinggi hingga terendah.
 
Kain songket dipatok pada kisaran Rp750 ribu hingga Rp7 juta per lembar, sedangkan baju khas Palembang berkisar Rp45 ribu hingga Rp700 ribu per potong.
 
Manajer Tujuh Saudara Koleksi Lia mengatakan, mematok harga disesuaikan dengan keinginan pasar.
 
"Tidak semua pembeli kami berasal dari kalangan menengah ke atas jadi harga pun harus disesuaikan, harus bervariasi. Terpenting tidak meninggalkan ciri khas Palembangnya."
 
Sejumlah produk dengan harga murah biasanya buatan pabrikan, sedangkan harga tinggi merupakan buatan tangan (hand made).
 
"Pembeli tentunya bisa membedakan mana yang kualitasnya baik atau tidak, mana yang buatan tangan atau bukan."

sumber : bisniscom

Minggu, 07 Agustus 2016

Pemkab Payakumbuh Promosikan Tenun Balai Panjang Saat TdS

foto : sumbardottravel


Pemerintah Kota Payakumbuh Sumatera Barat, mempromosikan hasil kerajinan tenun saat balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) 2016 berlangsung.

Ketua Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Payakumbuh, Ny. Henny Riza Falepi di Payakumbuh, Minggu, mengatakan tenun yang dipromosikan tersebut adalah hasil kerajinan usaha tenun Balai Panjang.

Ia menambahkan, dengan dipromosikan lewat TdS, hendaknya tenun asal Payakumbuh semakin dikenal di tingkat nusantara dan internasional.

Dampaknya, ujar dia, produk tersebut akan semakin banyak dikenal banyak orang, terutama bagi mereka menyukai fashion. Dengan demikian, lanjut dia, desainer dan pengusaha fashion juga akan meliriknya.

"Dengan banyaknya peminat dan dilirik desainer dan pengusaha fashion, dengan sendirinya juga membawa dampak terhadap kesejahteraan perajin," jelas dia.

Selain mempromosikan lewat event TdS, tenun Balai Panjang tersebut juga diperkenalkan lewat pameran busana, salah satunya di Jakarta Fashion Week (JFW).

Dampak keikutsertaan pada ajang pameran tersebut, kini kain tenun asal Payakumbuh mulai dilirik pengusaha nasional dan internasional, dengan sendirinya nama daerah akan ikut terangkat.

Henny menyebutkan, produksi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kota Payakumbuh yang memakai alat tenun bukan mesin (ABTM) itu tidak kalah saing dengan kain-kain dari bahan sutera atau jenis kain lainnya yang diproduksi pabrik terkenal.

"Hasil tenunan produksi di Balai Panjang ternyata tidak kalah dengan bahan pabrikan lain," kata dia.

Salah seorang masyarakat Payakumbuh, Syahril, menyarankan Pemkot Payakumbuh terus melakukan pembinaan terhadap UMKM yang mengembangkan usahanya itu, kemudian juga menjembatani UMKM untuk pemasaran pruduk serta mencarikan solusi apabila UMKM tersebut terkendala oleh modal.

"Ke depannya, bagaimana pemerintah daerah mampu menjembatani pelaku UMKM mengembangkan usaha mereka, termasuk memberikan binaan agar mereka siap saing," tambah dia.

sumber: antara

Selasa, 02 Agustus 2016

Sawahlunto International Songket Carnival 2016



Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan RI Puan Maharani bersama Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Ngurah Puspayoga akan buka Sawahlunto Internastional Songket Carnival (SISCa) 2016 yang akan digelar 25 hingga 27 Agustus nanti. Kegiatan ini akan mengangkat tema ‘Pelangi Songket Pemersatu Bangsa Untuk Peradaban Dunia’




Walikota Sawahlunto, Ali Yusuf menyebutkan, suksesnya SISCa pertama tahun lalu, menjadi catatan tersendiri bagi pelaksanaan untuk tahun kedua ini. Ini merupakan pesta rakyat Sawahlunto dan telah mendapat apresiasi dari menko PMK dan Menkop UKM sebagai langkah hebat untuk mengangkat kerajinan tradisional asli daerah, sekaligus upaya untuk melestarikan potensi yang ada. Menurutnya perkembangan zaman bukan meninggalkan kerajinan tradisional akan tetapi lebih mengedepankan kerajinan tradisional itu.

“SISCa 2016 akan diikuti oleh perwakilan kota dan kabupaten se-Sumatra Barat dengan dukungan sejumlah Kementrian serta akan diikuti oleh peserta manca Negara seperti Australia, Maroko, Abu Dhabi dan Thailand,” sebut Ali Yusuf, Selasa (19/7).

Kamis, 16 Juni 2016

Halaman/Fans Page Facebook Aman Lase Collection mendapat status TERVERIFIKASI !!!



Alhamdulillahhh..

Setelah 2 Bulan mengajukan Pendaftaran dan mengirim Persyaratan, akhir nya mulai hari ini, 16 Juni 2016, Halaman/Fans Page Aman Lase Collection mendapat status :

TERVERIFIKASI !!!

oleh Manajemen Facebook, yg ditandai dgn Logo Cheklist di samping kanan nama Fans Page ini.
Besar harapan kami, dgn status TERVERIFIKASI ini lebih membuat Nyaman Anda utk Belanja Online di Aman Lase Collection https://www.facebook.com/AmanLaseCollection/ .

Terimakasih buat semua yg sdh Belanja Online selama ini.. :).

Demikian info membahagiakan ini sy share buat Anda semua.


Salam,
Aman Lase

AMAN LASE Collection
Thamrin City Mall Lt 1 Blok A 11 No 2, Tanah Abang, Jakarta.
www.amanlasecollection.blogspot.co.id (utk tampilan yg lgkap silahkan buka melalui Laptop atau kl dari HP pilih versi web
PERTANYAAN dan PEMESANAN ke :
1. CS 1 :
Telp/SMS 0812 8889 4243, WA 0819 3258 6216, PIN 2b13561f.
2. CS 2 (Ibu Ita) :
Telp/SMS 0812 1845 4288, WA 0877 8706 3296, PIN 5ffccd20
CARA PESAN :
Silahkan kirimkan foto produk, sebutkan kode dan ukuran dan tanya stok ke salah satu nomor di atas.
JAM KERJA : 10.00 - 19.00 WIB

Kamis, 27 Agustus 2015

Lomba Fotografi Internasional Songket Carnival 2015



Songket Padang, foto: Aman Lase Collection



Pemerintah Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, akan menggelar lomba fotografi untuk memeriahkan kegiatan International Songket Carnival 2015, memperebutkan total hadiah sebesar Rp 50 juta, 28 Agustus 2015.



Kepala Bagian Humas Sawahlunto, Zainul Anwar di Sawahlunto, Kamis, mengatakan dalam lomba tersebut mengusung tema "Songket Carnival", dengan objek bidikan peserta karnaval songket maupun kegiatan songket carnaval itu sendiri. 



"Bagi karya foto terbaik berhak meraih hadiah utama sebesar Rp 15 juta, sementara untuk terbaik 2 dan 3 akan memperoleh hadiah masing-masing Rp 10 juta dan Rp 5 juta," kata dia.



Selain itu, lanjutnya, bagi sepuluh foto terbaik lainnya juga akan diberikan hadiah masing-masing Rp 1 juta.



Menurutnya, Lomba fotografi itu ditujukan untuk menggenjot promosi kegiatan Sawahlunto International Songket Carnival 2015, untuk mendukung penguatan potensi kota itu sebagai salah satu kota tujuan wisata di Indonesia.



Ia mengatakan, tema lainnya yang akan menjadi bidikan peserta lomba, yakni Kota Tua, dengan objek bangunan tua, maupun peninggalan bersejarah yang ada di kota itu.



"Khusus untuk tema Kota Tua, peserta akan memperebutkan hadiah utama sebesar Rp 2,5 juta, yang disusul dengan peringkat kedua dan ketiga masing-masing Rp 1,5 juta dan Rp 1 juta," kata dia.



Untuk sepuluh hasil foto terbaik lainnya, lanjutnya, para peserta akan mendapatkan hadiah masing-masing Rp 500 ribu. 



"Ini kesempatan bagi para fotografer handal maupun pemula untuk menunjukan eksistensi dan kemampuan mereka, karena lomba tersebut terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya apapun," ujar dia.



Terkait pendaftaran peserta, dia mengatakan para peserta bisa datang langsung ke bagian humas Pemerintah Kota Sawahlunto, atau bisa juga secara online, melalui website www.sawahluntokota.go.id.



Sementara itu, Walikota Sawahlunto Ali Yusuf, mengundang seluruh fotografer nasional maupun lokal, untuk turut berkontribusi dalam meramaikan lomba fotografi tersebut.



"Secara terbuka, Sawahlunto mengundang seluruh fotografer lokal maupun nasional untuk bersaing menunjukan eksistensi dalam mendapatkan bidikan terbaik dalam kegiatan ini," kata dia.



Dalam kegiatan tersebut, Pemerintah Kota Sawahlunto juga menargetkan pemecahan rekor MURI dengan kategori pemakaian songket terbanyak dalam satu kegiatan.


antara
link by Aman Lase Collection
0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953