Translate

Tampilkan postingan dengan label Berita tentang Songket. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita tentang Songket. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 Agustus 2015

Buku Tenun dan Songket Nusantara Diterbitkan untuk Diperkenalkan ke Dunia


pict: Aman Lase Colection

Untuk memproteksi tenun dan songket hasil karya perajin tenun nusantara, Yayasan Cita Tenun Indonesia menerbitkan sebuah buku melalui penerbit Sriwijaya Pustaka Indonesia.
Buku tersebut berjudul Floating Threads: Indonesian Songket and Similar Weaving Traditions.
Okke Hatta Rajasa, Pendiri Yayasan Cita Tenun Indonesia mengatakan tujuan dari diterbitkannya buku tersebut adalah melindungi tenun.
"Melalui buku ini, kami ingin memperkenalkan kepada dunia bahwa tenun merupakan kekayaan masyarakat Indonesia. Sehingga semua orang di Indonesia dan terutama di dunia itu tahu, bahwa tenun dan songket merupakan milik masyarakat Indonesia," kata Okke ketika ditemui dalam pembukaan pekan museum tekstil 2015 di Museum Tekstil Jakarta, Petamburan Jakarta Pusat, Rabu (19/8/2015) siang. Pameran itu berlangsung Kamis (20/8/2015) sampai Senin (23/8/2015).
Menurut istri mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa ini, tenun nusantara merupakan budaya dan hasil kreativitas serta perjuangan ide dari para perajin tenun di seluruh nusantara. Ia menyebutkan, ada ciri khas tersendiri dari tenun nusantara dibandingkan dengan tenun milik negara-negara melayu seperti Malaysia.
"Tenun dan songket nusantara itu memiliki ciri khas, ciri khasnya tekniknya merupakan warisan budaya yang sudah ratusan tahun diwariskan secara turun temurun. Kemudian, semakin berkembangnya zaman, dimodernisasi dengan menambah hiasan di benang," katanya.
Ia menjelaskan, corak ragam tenun juga bermacam-macam yang terwakili oleh adat istiadat, dimana motif disesuaikan misalnya untuk bayi yang baru lahir berbeda dengan motif untuk anak sunatan.

"Bahkan kalau di Indonesia untuk tenun ciri melayu berbeda dengan melayu selain Indonesia. Misalnya untuk Palembang dan Sumatera, ciri khasnya banyak menggunakan benang emas dan silver. Ini berkaitan dengan kepercayaan yang dianut mayoritas Islam, sehingga para perajin ini hendak mengekspresikan kecintaannya kepada yang Maha Kuasa menggunakan warna-warna terbaik tersebut," kata Okke.
Sayangnya, tenun belum dipatenkan oleh badan kebudayaan dunia seperti halnya batik yang sudah tercatat sebagai kebudayaan Indonesia melalui UNESCO. Meski begitu, menurut Okke, banyak desainer dunia yang terinspirasi dari tenun asli Indonesia.
"Mereka bilang bahwa tenun itu dari Indonesia, tidak cukup di situ, masyarakat dunia harus mengakuinya. Sebagaimana teknik membatik dikukuhkan sebagai warisan dunia asal Indonesia," jelasnya.
Untuk itu, dalam buku tersebut, diperkenalkan berbagai ragam tenun dan songket asal Indonesia. Selain itu juga diperkenalkan pula teknik-teknik pembuatannya.

wartakota-tribun
link by Aman Lase Collection

Senin, 13 Juli 2015

Ini Cara Mudah Merawat Kain Songket

Songket Padang by Aman Lase Collections



Tidak perlu ragu membeli kain songket karena takut tidak bisa merawatnya agar tetap indah. Memang harganya bisa dibilang cukup mahal, tapi ternyata melakukan perawatan untuk kain songket tidaklah sesulit yang dibayangkan.



Beberapa tips merawat kain songket :



Tidak Perlu Dicuci



Kain songket merupakan kain yang biasanya dibuat dengan benang emas atau perak. Karena alasan inilah, kain songket tidak perlu dicuci. Apalagi, biasanya penggunaan kain songket memang hanya untuk acara tertentu. Jadi, pencucian kain songket tidaklah diperlukan, kecuali kain songket tersebut tidak menggunakan material dari metal dalam pembuatannya.



Diangin-anginkan



Setelah memakai kain songket, jemur kain tersebut. Cukup dengan diangin-anginkan saja dan jika memang perlu dibersihkan, keluarkan dari lemari setiap sebulan sekali dan bentangkan kain songket tersebut. Jika ada spot yang harus dibersihkan, bersihkan saja menggunakan kapas, atau kain basah untuk menghilangkan noda.



Gunakan Kertas Bebas Asam



Saat menyimpan kain songket di dalam lemari, pastikan kain songket tersebut digulung menggunakan kertas bebas asam. Biasanya kain songket terbuat dari benang emas, karena benang logam itu sangat rentan terhadap kondisi asam, jadi harus pakai kertas yang bebas asam supaya kondisi benang metalnya bisa tetap terjaga. Kain songket dialaskan dengan kertas bebas asam, kemudian digulung.




Selasa, 07 Juli 2015

Peluncuran Songket Palembang Sebagai Waridan Budaya dan Untuk memecahkan Rekor MURI, 3.000 Perempuan Kenakan Kain Songket Bersamaan

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumsel, Ir Permana MMA 

3.000 perempuan di Kota Palembang dipastikan memakai songket bersamaan saat acara peluncuran songket sebagai waridan budaya pertengahan Juli mendatang.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumsel, Ir Permana MMA mengatakan, keterlibatan 3.000 perempuan memakai kain songket untuk memecahkan rekor MURI.
“Para PNS di Pemprov Sumsel, guru dan pelajar akan dilibatkan. Mereka memakai kain songket sebagai cermin bahwa setiap orang pasti memilikinya,” ujar Permana, Jumat (26/6/2015).
Setelah diresmikan sebagai warisan budaya tak benda asal Sumsel tahun lalu, Pemprov Sumsel ingin mendeklarasikannya agar songket semakin tersosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat.
“Kita ingin memperkenalkan songket yang termasuk dalam warisan budaya tak benda nasional bersama 7 warisan yang lainnya. Makanya, kita undang Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Perindustrian, Menteri Koperasi dan Menteri Pariwisata,” terangnya.
Ketua TP PKK dan Dekranasda Sumsel, Eliza Alex Noerdin mengatakan, rekor pemakaian songket atau gaun songket dengan motif terbanyak hasil buatan tangannya.
“Khusus untuk acara ini, saya merancang gaun songket yang terdiri dari 46 motif songket Palembang. Pastinya kita akan membuat gaun ini sangat indah dipandang karena menampilkan hampir seluruh motif khas daerah ,” ungkapnya.
Eliza berharap acara itu nanti juga bertujuan mendorong industri tenun songket agar bisa mengembangkan tenun Palembang di tingkat internasional.
“Tenun songket dapat dilestarikan semua masyarakat Sumsel sebagai warisan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu,” imbuhnya.

(tribun)
link by Aman Lase Collections

Senin, 06 Juli 2015

Kain Songket Khas Jembrana Bali Mulai Dipamerkan

foto: bukalapak



Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jembrana memamerkan kain songket khas daerah itu pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-37 yang digelar 13 Juni-11 Juli di Taman Budaya, Denpasar.



"Kami ingin mengenalkan kain songket khas Jembrana yang memiliki corak menarik dengan paduan warna yang indah, sehingga sangat menarik dipandang mata," kata Ni Luh Sri, perajin kain songket di stan Dekranasda Jembrana, Bali, Jumat (26/6).



Ia mengatakan, pada umumnya kain songket Jembrana memiliki ukuran dan model yang sama dengan songket yang terdapat di daerah lainnya, yang membedakan hanya motif dan gambaran dari songket itu sendiri.



Kain tenun songket khas Jembrana terbuat dari bahan katun dengan hiasan motif prada (benang emas atau silver), dengan ukuran sekitar 110 x 174 cm.



"Motifnya beraneka ragam, terdiri dari beberapa jenis seperti motif anggur, pinggiran, tomplokan, cerari, gadang wali, bikas sekordi, saput warna dan beberapa yang lainnya," imbuhnya.



Ia melanjutkan, pihaknya menjual kain songket antara Rp300 ribu-Rp3 juta tergantung jenis dan tingkat kerumitannya dalam proses pembuatannya.



Dijelaskan, pembuatan songket membutuhakan waktu cukup lama, proses awalnya adalah "ngeliing" benang, dilanjutkan dengan "nganyining" kemudian "nyasah" untuk membuat motif.



"Bila proses "nyasah" selesai barulah dilakukan proses penenunan yang memakan waktu lama karena memerlukan kesabaran dan ketelitian tingkat tinggi," kata dia.



Di sisi lain, pada pagelaran PKB kali ini, pihaknya mengeluhkan rendahnya minat pengunjung untuk membeli kerajinan songket, kebanyakan pengunjung hanya melihat lihat saja.



"Dari awal pembukaan hingga sekarang, jarang sekali yang membeli, paling hanya melihat-lihat saja, kemudian beranjak pergi beralih ke stan lainnya," kata dia.



Meski demikian, Luh Sri mengatakan bahwa ia tidak terlalu kecewa dengan hal itu, karena ajang PKB bukan hanya untuk mencari keuntungan penjualan semata, tetapi juga sarana memperkenalkan produk kerajinan daerah pada masyarakat luas.



"Sepi bukan berarti kita rugi, setidaknya kami di sini sudah mempromosikan bahwa Kabupaten Jembrana memiliki hasil kerajinan songket yang memiliki kualitas yang bagus dan tidak kalah dengan jenis songket di daerah lainnya.



Perlu diketahui, pada ajang PKB ke-37 terdapat 168 stan kerajinan yang tersebar di beberapa areal Taman Budaya, masing-masing sebanyak 46 stan kerajinan dibawah gedung Ardha Candra.



Selanjutnya 87 stan kerajinan di bawah gedung Ksirarnawa, sebanyak 26 stan kerajinan di areal parkir barat dan 10 stan kerajinan Dekranasda di bagian selatan. 

skalanews.com
link by Aman Lase Collections

Senin, 29 Juni 2015

Di Sini Pusat Kerajinan Songket Palembang

Aktivitas menenun songket di Sentra Kerajinan Songket Kampoeng BNI
di Desa Muara Penimbung Ulu, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel.
(
SRIPOKU.COM/SYAHRUL HIDAYAT)

Jika berkunjung ke Kabupaten Ogan Ilir (OI), jangan lupa singgah ke Sentra Kerajinan Songket "Kampoeng BNI" di Desa Muara Penimbung Ulu, Kecamatan Indralaya. Di sana tersedia berbagai macam jenis dan motif songket. Harganya relatif terjangkau, mulai dari Rp 800 ribu hingga Rp 5 juta, tergantung motif dan jenis bahan nya. Semakin baik bahan baku benang sutera maka, semakin mahal juga harga jualnya.
Ada berbagai macam jenis songket yang tersedia di "Kampoeng BNI" antara lain jenis songket spansil pewarnaan alam, limar, lepus dan jenis songket lakap. Sedangkan, untuk motif, cukup bervariasi diantaranya motif mago besaung, perak, motif cantik dan lain-lain.
Anda bisa menumpang kendaraan umum seperti becak motor atau angkutan desa (angdes) yang hanya berjarak lebih kurang 5 kilometer dari Jalintim Km 37 Indralaya-Kayuagung.

Mardiah (37), ketua kelompok sentra kerajinan Songket "Kampoeng BNI" mengungkapkan, untuk songket yang dibanderol seharga Rp 5 juta tersebut, merupakan satu-satunya songket yang tidak mudah dibuat dan perlu tingkat ketelitian yang lebih tinggi dalam pengerjaannya dan bisa menghabiskan waktu selama 2 bulan.
Seperti songket yang terbuat dari bahan benang sutera halus kombinasi benang emas dengan motif bercorak menyerupai bunga, dan telah di desain sedemikian rupa berdasarkan order pembeli. ”Itu dijual seharga Rp 5 juta per-style sudah termasuk selendang dan kain songket," ujarnya.
Ia mengatakan, untuk jenis songket dengan pewarnaan alam biasa, hanya butuh waktu paling lama 10 hari pengerjaannya yang dibanderol seharga Rp 800 ribu-Rp 2 juta. Itu pun, tergantung dengan bahan dan motif bentuk kain songket.
Songket jenis limar, lepus dan jenis songket lakap yang dijual dengan harga kisaran Rp 2juta – Rp 5 juta, berbahan pewarnaan permanen dari bahan baku benang sutera halus bernomor 1 yang dibeli seharga Rp 3 juta lebih per ball ditambah dengan benang emas mengkilap.
"Songket ini mampu bertahan selama puluhan tahun lebih. Mayoritas dipesan para isteri-isteri pejabat pemerintahan," tutur ketua kelompok Sentra Songket Kampoeng BNI ini.

Mayoritas masyarakat yang berdomisili di Desa Muara Penimbung Ulu Indralaya Kabupaten OI, bekerja sebagai pengrajin tenun songket khususnya bagi kaum perempuan. Sedangkan, sisanya bermata pencaharian sebagai petani, dan peternak baik ikan, ayam maupun itik.
Kemampuan menenun songket yang mereka geluti selama turun temurun ternyata dilirik oleh beberapa perusahaan Perbankan yang telah memberikan pembinaan berupa pinjaman modal usaha seperti Bank BNI, dan binaan sentra kerajinan tenun songket Bank Mandiri.
"Sentra kerajinan binaan Bank BNI yang kami lakukan ini, sejak 5 tahun lalu atau tepatnya pada tahun 2010, telah diresmikan oleh Bapak Menteri Perekonomian yang pada saat itu masih dijabat oleh Hatta Rajasa," ujar Mardiah.
Ia menyebut hasil kerajinan songket miliknya telah "go internasional" seperti pada saat mengikuti pameran di Hongkong 3 tahun lalu, semuanya dibiayai oleh Bank BNI.
"Biasanya kami mengirim songket ke pasaran yang berada di luar Sumsel dengan cara banyak, seperti Medan, Pekanbaru, Lampung, Bengkulu, Kalimantan dan Makassar," tambahnya.

(tribun)

74 Motif Songket Palembang Siap Dipatenkan

foto:  Aman Lase Collections

Selain mematenkan pempek sebagai makanan khas asli dari Palembang, rupanya Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang juga sudah mengajukan pematenan motif kain songket ke Kementerian Hukum dan HAM.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Palembang Syahrul Hefni menyebutkan, pengajuan yang dilakukan untuk 74 motif songket khas Palembang.

SRIPOKU.COM/DAMAYANTI PRATIWI
Kepala Disperindagkop Palembang, Syahrul Hefni

Namun menurutnya pematenan ini memakan waktu untuk penerbitannya.
"Biasanya memakan waktu tahunan untuk dikeluarkannya paten tersebut. Tetapi, paling tidak kita sudah mengajukan, sehingga tanda akan dikeluarkan patennya dapat diprediksi," ungkapnya, Senin (29/6/2015).

(tribun)

Minggu, 28 Juni 2015

Sumsel Dorong Songket Palembang Jadi Warisan Dunia UNESCO

foto: Aman Lase Collections

Setelah resmi menjadi menjadi salah satu Warisan Budaya Indonesia pada 2013 silam, Songket Palembang yang menjadi ciri khas Provinsi Sumatera Selatan kini akan diajukan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan tengah melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah merencanakan kerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang berwujud deklarasi Tenun Songket Palembang sebagai Warisan Budaya Indonesia.
Irene Camelyn Sinaga, Plt kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan, mengungkapkan bahwa rencana pengajuan Tenun Songket sebagai Warisan Dunia UNESCO merupakan hal serius yang kini sedang difokuskan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
“Deklarasi Tenun Songket Palembang sebagai Warisan Budaya Indonesia yang masuk warisan budaya tak benda Indonesia 2013 ini menjadi jalan menuju pengajuan sebagai Warisan Dunia UNESCO. Deklarasinya akan kita gelar pada 28-29 Juli nanti. Yang akan ditonjolkan seperti keorisinilan songket yang menjadi budaya asli Sumsel,” ungkap Irene kepada awak Liputan6.com di Palembang, Jumat (26/6/2015).
Disbudpar Sumsel juga telah menggandeng beberapa instansi terkait dan tokoh masyarakat untuk menyusun persiapan pengajuan ke UNESCO, seperti badan penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah (Balitbangnovda) Sumsel, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumsel, serta para budayawan dari Sumsel.
Disbudpar Sumsel berharap, dengan deklarasi ini menjadi solusi peningkatan pengembangan industri Songket Palembag, selain juga memperkenalkan budaya Sumatera Selatan yang khas kepada masyarakat yang lebih luas.
(lewatmana.com)

Selasa, 16 Juni 2015

Ini Dia Songket dan Batik Tabir Riau



Indonesia adalah negeri yang kaya akan warisan wastra tradisional. Hampir seluruh daerah di Tanah Air memiliki kain tradisional dengan ragam motif  dan kaya warna. Guna memperkenalkan dan mengembangkan kain tradisional berupa songket Riau dan batik tabir Riau, maka Lancang Kuning Fashion Festival digelar oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau. 


Festival ini menampilkan kompetisi kreasi songket dan batik Riau dari masing-masing kabupaten dan kota di Riau. Selain itu, dua orang perancang busana kenamaan Indonesia pun diundang untuk menciptakan pula kreasi busana dari dua kain tradisional khas Riau tersebut, yaitu Sapto Djojokartiko dan Rudi Chandra.



"Acara ini adalah bentuk apresiasi dan komitmen untuk mengangkat batik dan tenun Riau ke kancah nasional dan internasional serta agar semakin dikenal di dunia mode. Kita ingin songket dan batik Riau sangat dikenal menjadi tingkat nasional dan internasional," ungkap Tengku Zul Effendi, Ketua Pelaksana Lancang Kuning Fashion Festival pada konferensi pers di SKA Co Ex Grand Ballroom, Pekanbaru, Jumat (12/6/2015).



Pada kesempatan yang sama, Rudi Chandra mengaku bahwa dirinya bahagia karena berkesempatan mengikuti ajang mode ini. Dalam acara puncak, Rudi menghadirkan koleksi bertajuk Mahratu. Koleksi busana wanita yang dikreasikan dari songket tradisional Riau ini terinspirasi dari Mahratu yang merupakan istri dari Sultan Syarif Kasim II dari Kerajaan Siak yang menaruh perhatian besar terhadap kain songket Riau. 



"Kalau kain tenun khas Riau baru kali ini saya ambil bagian. Saya lihat potensi pengembangannya sangat bagus, sekarang bagaimana caranya kita sebagai desainer kerjasama dengan pengrajin dalam meningkatkan motif dan mengembangkan motif. Ini tugas desainer dan pengrajin," ujar Rudi.



Sapto pun mengapresiasi kain tradisional Riau, dengan menghadirkan koleksi kapsul, Todjo. Sebanyak delapan koleksi busana bertajuk Todjo Raya Capsule Collection 2015 dihadirkan dengan memadukan songket khas Riau dengan kain modern seperti renda, sehingga menampilkan perpaduan yang sangat cantik.



"Saya merasa tenun Riau kurang dikenal. Saya tertantang membawa ini agar generasi sekarang dan yang akan datang mengenal tenun Riau. Sayang sekali kalau tidak dipakai dan diketahui oleh orang Indonesia. Saya mengolah desainnya menjadi lebih muda. Saya mengelola kain tenun menjadi busana," tutur Sapto.


(kompascom)

Songket Bali nan Elegan

foto : Songket Bali by Aman Lase Collections

Kain songket hasil tenunan tradisional asli Bali, buatan masyarakat mampu menembus pasar ekspor serta disenangi dan diminati konsumen dalam negeri terutama kaum ibu-ibu berduit dari Jakarta dan kota besar lainnya di Nusantara.
"Tenunan yang dibuat dengan desain bercorak kekunaan itu memanfaatkan benang sutera dipadukan dengan benang emas disenangi konsumen kelas atas sehingga soal harga tidak terlalu menjadi masalah," kata Ni Nyoman Puspa, eksportir kerajinan di Denpasar Senin (15/6/2015).
Dalam musim liburan panjang ini diharapkan banyak turis dalam dan luar negeri berkunjung ke Pulau Dewata, apalagi dalam liburan Idul Fitri nanti, dengan harapan songket Bali akan banyak laku terjual disamping memenuhi permintaan pasar ekspor.
Hasil tenunan perajin Bali cukup banyak memasuki pasar luar negeri, terutama memenuhi permintaan konsumen asal Eropa, Jepang, Tiongkok dan Amerika Serikat, karena kain songket dengan berbagai corak dan kualitas itu pernah diikutkan dalam pameran.
Kain songket Bali pernah diikutkan dalam pameran akbar di Tokyo, Jepang dan di Shanghai Tiongkok dengan harapan mendapat tanggapan positif dari masyarakat setempat, karena peradaban dan budayanya ada kesamaan dengan yang ada di Bali, kata dia.
Ada inisiatif dari pengusaha daerah ini untuk memamerkan kain songket asli Bali hasil rancangan terbarunya dengan bahan baku yang terbaik ke negeri matahari terbit itu, tentu untuk meningkatkan ekspor ke Jepang dan Tiongkok.
Songket yang diperdagangkan berupa kain dari berbagai ukuran, berupa selendang yang dapat dijadikan dekorasi ruangan tamu, kantor, bahkan banyak dibeli untuk dipadukan menjadi pakaian wanita sesuai mode yang berkembang.
(bisniscom)

Kamis, 11 Juni 2015

Ini Sosok Asli Pengrajin Songket Pandai Sikek Dalam Uang 5 Ribu

Foto Ceci bersama Suami

Adalah Natasha Annestessya atau yang akrab dipanggil Ceci sosok yang merupakan model Pengrajin Tenun Pandai Sikek yang ada dalam uang Rp 5 ribu.
Ceci merupakan anak dari seorang pensiunan pemandu di anjungan Sumatera Barat di Taman Mini Indonesia Indah bernama Anna. Kini Ceci telah berkeluarga dan menetap di California, Amerika Serikat.


Ceci terpilih sebagai model Pengrajin Tenun Pandai Sikek untuk uang Rp 5 ribu tersebut saat masih berusia 17 tahun.
Dalam kontes yang diadakan oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang RI (Perum Peruri) tersebut, Ceci mengalahkan 80 kontestan lainnya dengan berbagai pertimbangan.
Ia pun menikah dengan David, warga negara Amerika Serikat sejak umur 25 tahun. Menurut keterangan sang ibu, Ceci tidak bisa pulang lantaran ukuran otak Ceci lebih besar dari manusia normal sehingga ia tidak bisa terbang lebih dari 5 jam.
Meskipun kini Ceci telah menetap di Amerika dan belum pernah pulang, ia masih sering menghubungi ibu dan keluarganya di Indonesia.
(infosumbar.net)

Rabu, 20 Mei 2015

Songket Iddhi, Songket Padang Modern !




Songket Sumatera Barat akan diperkaya dengan peluncuran songket Iddhi, songket dengan tampilan sangat berbeda dengan produk yang pernah diproduksi sebelumnya.
Songket Iddhi menggunakan bahan cotton dan sutera seratus persen. Bagian dari songket ini menggunakan bahan pewarna alam. Untuk dekorasi motif benang emas, polyester diganti dengan cotton dan sutera.
Mangala Iddhi Chandra, disainer Sumatera Barat, songket dengan tampilan  mewah, elegan, modern, dan klasik itu akan ditampilakan dalam Pameran Produk Ungulan Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan di ruang Garuda Kementrian Perindustrian Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan,  Rabu (20/5/2015) ini.
Ada 30 stand Sumatera Barat yang akan tampil dalam pameran ini. Stand itu antara lain, IKM dari Kubang, Halaban, Tanjung Ampalu Kabupaten 50 Kota, Pandai Sikek, Lintau Kabupaten Tanah Datar, Lubuk Badai Kota Sawah Lunto, Tanjung Bonai Aur, Desa Sinyamu, Desa Unggan Kabupaten Sijunjung, dan Galeri Antik Kato Ato.
Untuk memuaskan selera kuliner Sumatera Barat, ada juga stand IKM dengan nama Kampuang Salero dan Kampuang Minang yang menjual makanan khas seperti mi tahu, pecal lontong, lamang tapai, teh talua, rendang belut, rendang paru, rendang suwir, teh gambir, dan teh kawa yang di kemas teh celup.
Selain launching songket Iddhi, ada fashion show dengan teman Morning until Night yang menampilkan karya tenun Kubang Kabupaten 50 Kota, dan Desa Sinyamu Kabupaten Sijunjung 12 koleksi wanita dan 12 koleksi pria yang bisa dipakai dari pagi sampai malam.
Di arena pemaran digelar pula talk show songket Iddhi dengan nara sumber Fatiha Yendreni dari LP2M Padang, Rahmi dari Kubang, Reffans House Padang dan Mangala Iddhi Chandra. Talk Show yang akan digelar pada Kamis (21/5/2015) itu dihadiri Perkumpulan Warna Alam, Sekolah Polyester Media, dan Cinta Tenun Indonesia.
Mangala Iddhi Chandra yakin launching songket Iddhi akan mendapat perhatian yang luar biasa bagi masyarakat pecinta kain dan kolektor tekstil Indonesia. Pameran ini akan dihadiri sejumlah tokoh masyarakat dan penjabat Sumatera Barat, Para Pengurus Ikatan Keluarga kabupaten dan kota Sumatera Barat yang ada di Jakarta,Bogor,Depok,Tanggerang,dan Bekasi.
(tribun)

Kamis, 14 Mei 2015

Sawahlunto International Songket Carnival 2015 Berhadiah Puluhan Juta Rupiah


Pemko Sawahlunto mempersiapkan total hadiah puluhan juta bagi masyarakat yang mengikuti helatan besar Sawahlunto International Songket Carnival 2015 akan digelar pada 28-30 Agustus mendatang.
Hadiah tersebut disiapkan untuk pemenang lomba Kreasi Karnaval Songket yang boleh diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, baik berkelompok, organisasi, dinas instansi, sekolah maupun perorangan.
Untuk lomba Kreasi Karnaval Songket tersebut panitia telah membuka pendafataran peserta hingga 31 Mei 2015 melalui Dinas Perindagkop Kota Sawahlunto.
Setiap peserta dituntut untuk mendesain dan menampilkan hasil kreasi terbaik berupa busana kreasi yang berbahan minimal 80% songket silungkang dan bahan campuran maksimal 20%.

Desain kreasi yang ikut dalam perlombaan, akan ditampilkan dalam karnaval songket pada tanggal 28 agustus dengan rute karnaval mulai dari Silo-Masjid Agung-Pasar-Lapseg dan pawai berakhir di Museum Gudang Ransum.
Berdasarkan surat edaran dari panitia lomba, hadiah yang disiapkan sangat menggiurkan. Untuk kriteria beregu: juara I mendapatkan Rp.15.000.000,-, juara II Rp.10.000.000,-, juara III Rp.7.500.000,-. Sedangkan juara IV Rp 5.000.000,- juara V Rp 4.000.000,- dan juara VI Rp 3.000.000,-.
Sementara untuk kriteria perorangan juara I mendapatkan Rp.10.000.000,-, juara II Rp.7.500.000,-, juara III Rp.5.000.000,-. Selain itu untuk jjuara IV – VI juga akan diberikan hadiah jutaan rupiah.
Beberapa ketentuan lomba kreasi songket Silungkang antara lain menampilkan tema kekayaan budaya/social/teknologi atau nilai universal lainnya. Kemudian kreasi yang ditampilkan harus mempunyai komposisi bahan minimal 80% songket dan 20% bahan campuran.
Menurut Tatang Sumarna panitia dari Dinas Perindagkop, untuk penilaian lomba, pihaknya akan menggaet desainer-desainer nasional sehingga penilaian dijamin professional. Para peserta lomba sebelumnya juga akan mengikuti sosialisasi dan beauty class serta final couching.
Diharapkan kegiatan Sawahlunto International Songket Carnival 2015 ini dapat menguatkan pasar produk songket secara keseluruhan selain juga dapat mendukung pembangunan pariwisata kota Sawahlunto. Contact person yang dapat dihubungi Martadinata (082338921862), Sri Wahyuningsih (081281817700).
(infosumbar.net)

Jumat, 08 Mei 2015

Songket Minangkabau dalam Balutan Busana Modern


Songket Minangkabau memiliki keunikan tersendiri yang tidak terdapat pada songket dari daerah lainnya. Salah satu keunikannya terdapat pada pola tenunannya yang lebih rumit dan memerlukan ketelitian tinggi dalam pengerjaannya. Motif songket Minangkabau bukan sekadar sebagai penghias atau ornamen pelengkap tapi juga merepresentasikan makna tentang kebudayaan di Minangkabau.

Keindahan songket Minangkabau itu pun diangkat tujuh desainer Indonesia dalam fashion show bertajuk 'The Beautiful Minangkabau Songket'. Peragaan yang digelar sebagai bagian dari Minangkabau Festival 2015 ini menjadi parade busana pertama dari rangkaian acara yang akan berlangsung hingga Sabtu (2/5/2015). Koleksi busana dari Jenny Tjahyawati menjadi pembuka parade busana yang diadakan di gedung Gubernuran, Padang, Sumatera Barat, Kamis (30/4/2015).



Jenny menampilkan padu padan baju kurung dan kain songket dengan proporsi yang apik. Busana atasan dibiarkan polos dan berpotongan longgar yang sederhana, memberikan 'porsi' yang cukup agar kain songket Minangkabau lebih menonjol. Songket yang dikerjakan dengan ketelitian serta proses yang rumit, tidak mau ia rombak secara besar-besaran. Anggota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia ini menjadikan songket sebagai kain, selendang maupun bolero sebagai pendamping gamis, tunik maupun baju kurung. Untuk menambah kesan glamour, desainer busana muslim ini hanya mengaplikasikan detail kristal berbentuk paisley pada bagian tengah busana.

Peragaan dilanjutkan dengan lima set busana karya desainer asal Sumatera Barat, Mira Muraza. Mira pun ingin menonjolkan keindahan songket lewat perpaduan busana minim detail yang tidak berlebihan. Blouse berpotongan A-line menggambarkan sisi modern seorang wanita, sementara kain songket sebagai bawahan dan selendang tetap menampilkan sisi tradisional yang anggun dan etnik. Tak hanya blouse, Mira juga menawarkan inspirasi kebaya panjang modern untuk menghadiri acara formal.

Sementara itu Novia Hertini, mengangkat songket Sijunjung yang dipermanis dengan detail manik-manik dan bebatuan. Koleksinya didominasi kombinasi warna emas dan merah marun, dalam balutan busana terusan model gamis serta gaun. Perpaduan merah dan emas menghasilkan aura mewah sekaligus anggun tanpa harus menambahkan perhiasan serta aksen yang berlebihan. Novia juga menghadirkan padu padan gamis serta bolero untuk penampilan yang lebih modern dan dinamis. 




Koleksi cukup menarik datang dari rancangan En Shirikie, yang menempatkan aplikasi bordir di atas tenun berbahan taffeta. Motif-motif bunga tampak berjejer apik menghiasi material polos berwarna biru kobalt. Selain songket, Sumatera Barat memang dikenal dengan kerajinan sulam dan bordirnya yang indah. Lewat Minangkabau Festival ini, diharapkan masyarakat jadi lebih mengenal kekayaan produk-produk kreatif tanah Minang.

"Sumatera Barat punya banyak variasi songket, ada Songket Solok, Songket Padang Panjang, dan masih banyak lagi. Acara ini menantang desainer di Sumatera Barat untuk mengembangkan keindahan songket Sumatera Barat," ujar Ketua Penyelenggara Minangkabau Festival Buyung Raizal Rais.

Kembali ke fashion show, peragaan busana hari pertama Minangkabau Festival ditutup oleh koleksi rancangan Boyonz Ilyas. Boyonz memadukan budaya Eropa dan songket Minangkabau, menghasilkan karya bergaya kontemporer. Blazer motif bunga ia padukan dengan kain motif batik Minangkabau. Ada pula blouse dengan kerah ala cheongsam, namun memiliki potongan baju kurung. Boyonz juga memadukan material tenun sebagai atasan dan rok berbahan lace untuk bawahannya.

(detik)

Kamis, 22 Januari 2015

Ini Dia Sosok Asli Penenun di Uang Rp 5.000

Sosok Penenun di Uang Rp 5.000

Selain memasang wajah Imam Bonjol pada bagian depannya, ada sosok wanita penenun di balik uang 5000 ini, siapakah dia ?. Adalah Natasha Annestessya, yang disapa Ceci, gadis yang menjadi model pengrajin tenun Pandai Sikek di pecahan Rp 5.000. 

Sosok wanita yang menggunakan pakaian khas Sumatera itu bukan seorang pahlawan nasional seperti kebanyakan gambar yang terpampang di uang kertas pada umumnya.

Lalu siapa sosok wanita yang memainkan alat tenun tersebut (Penenun) ? 

Natasha Annestessya, wanita yang berada di bagian belakang uang Rp 5.000 tersebut dipilih sebagai salah satu model sesudah sukses memenangkan pemotretan dengan alat penenun Pandai Sikek yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang RI (Peruri).

Dikutip dari situs resmi Peruri yaitu peruri.co.id, Jumat (29/5), dari 100 kontestan, Natasha merupakan sosok yang dianggap pantas oleh juri sebagai model di belakang uang Rp 5.000.

Pada waktu mengikuti kontes tersebut, Natasha masih merupakan mahasiswi semester tiga Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI). Natasha sendiri dikenal sebagai anak yang cerdas dan berbakat. 

Menurut ibunya, Anna Tuturaima, Rabu (26/12/2013) saat Ceci berumur 17 tahun dirinya mengikuti pemotretan dengan alat penenun Pandai Sikek, alat tenun Sumatera Barat, yang dilaksanakan oleh Perusahaan Umum Percatakan Uang RI (Peruri). 

Ketika itu, Ceci adalah mahasiswi semester III jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI). Baca juga: Songket Asli Palembang Bersaing denganSongket Tenun Mesin

Di tengah kesibukannya sebagai pensiunan pemandu wisata anjungan Sumatera Barat Taman Mini Indonesia Indah, Anna dengan santai menceritakan kisah anak pertamanya ini. 
"Dari 100 kontestan yang mengikuti pemotretan, Ceci kemudian lolos dan menjadi model penenun di pecahan uang Rp 5.000 tersebut. Sambil pemotretan juga di tanya-tanya. Ceci yang kemudian dianggap paling pantas disandingkan dengan Tuanku Imam Bonjol," ucap Anna, ibu Ceci saat ditemui.

Ceci saat ini telah berumur 31 tahun. Dia adalah anak yang patuh dengan orang tua. Selama 4 tahun menjalani kuliah, Ceci menanggung sebagian besar uang kuliahnya dari beasiswa yang didapat. Baca juga: Songket Iddhi, Songket Padang Modern !

"Dulu ibu paling bayar Rp 400.000 untuk kuliahnya, sisanya dia yang bayar. Ceci enggak pernah nyusahin saya. Dia tahu, dulu saya hanya pegawai negeri kecil. Bahkan sampai menikah, Ceci enggak pernah nyusahin," ucap Anna.

Saat Ceci bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, Ceci tak pernah absen menelpon ibunya menanyakan apa yang ibunya masak.
"Mami masak apa? Ceci kangen sambel mami," cerita Anna yang menahan air mata di pelupuk matanya.

Anna mengaku merindukan Ceci, namun melihat Ceci bahagia itu sudah membuat Anna bahagia. Anna tak pernah menunjukkan kesedihannya di depan Ceci, namun diakui, dirinya kerap menangis usai berbincang melalui telepon selulernya. Baca juga: Makna Mendalam Dibalik Songket Aceh

Sejak 7 tahun yang lalu, saat berumur 25 tahun, Ceci menikah dengan David, warga negara Amerika Serikat dan menetap di sana. Ceci belum pernah kembali ke Indonesia.

Sosok Penenun di Uang Rp 5.000 Natasha Annestessya 


"Ceci enggak pernah bisa ke Indonesia, karena  ukuran otaknya lebih besar dibanding otak orang biasa. Jadi, Ceci enggak bisa naik pesawat lebih dari 5 jam. Tapi tahun depan kata dokter sudah bisa kesini. Doakan saja ya," ucap Anna dengan senyuman kecilnya.

Anna kembali bercerita, putrinya, Ceci adalah anak yang pintar. Saat SMA, dia mendapatkan skor TOEFL terbaik se-SMA dengan nilai 600 dan pernah menjadi karyawan terbaik di Amerika.


Natasha Annestessya, 


"Ceci enggak pernah cerita kalau menang apa, lolos apa, dia enggak mau cerita. Dia bilang, itu biasa saja enggak usah di cerita-ceritain," ucap Anna. Baca juga: Koleksi Songket Aman Lase Collection 

Anna yang sudah menjadi pemandu di anjungan Sumatra Barat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) selama 38 tahun ini berharap agar anaknya sehat dan rumah tangganya rukun.
"Kalau minta anak itu kan di tangan Tuhan ibu enggak minta apa-apa. Asal Ceci baik-baik aja di sana," harap Anna.

Publik memang tidak banyak tahu tentang sosok Natasha ini, walaupun hingga kini, wajah Natasha masih menghiasi uang kertas Rp. 5.000. Kalau saja Natasha tinggal di Indonesia, pasti akan menarik lantaran anak-anaknya akan senantiasa melihat wajah ibunya terpampang di uang jajannya. 

sumber: tribunnews


0001-6173730775_20210818_213258_0000
IMG_20211008_152953